Friday, May 27, 2016

Kembali

Sebenarnya saya mau upload beberapa foto yang bikin saya senyum-senyum akhir-akhir ini. Namun, entah kenapa explorer laptop saya ini sering sekali tidak bersahabat ketika saya ingin akses foto di SD card hp. Yasudah lain kali saja.

Saya bakal berusaha lebih keras sih kalau saya nggak punya sesuatu yang bener-bener ingin ditulis mengalahkan topik di atas. Sayangnya ada hal yang ingin saya tulis pake banget. Apa hayo? Akhirnya ada yang kembali menulis. Saya senang. Seperti biasa, setiap baca tulisannya itu saya ikutan mikir kemana-mana. Saya senang kembali ada tulisannya yang muncul di reading list saya. Rasanya kaya diketok-ketok isi hatinya. Haha apa coba maksudnya.

Pasti aneh rasanya ketika tulisan kamu dibahas di blog lain (saya pernah rasain), tapi saya ingin cerita apa yang terpikir saat membaca tulisan orang ini.

Pertama

Saya tahu beberapa orang lebih suka mengeluh dibanding yang lain dan itu tidak menentukan apakah ia lebih menderita dari orang lain atau tidak. Bisa aja dia teh orang yang pesimis memandang hidup, bukan salah si hidup yang terlalu pahit. Beberapa orang mungkin tidak senang mendengar keluhan, saya tidak. Well, bukan senang karena ada orang yang berduka ya. Tapi karena merasa dia percaya sama saya dan berani membagi kegundahannya. Saya setuju banget sama tulisan orang yang sama, dulu, soal 'mengeluhlah kepadaku'. Ya semacam itu.

Sesungguhnya berada dekat orang yang sangat positif seperti misal Daryl itu menyenangkan, apalagi dia mampu menularkan rasa bahagia yang memang terus-terusan terpancar dari pribadinya. Namun, ketika dia merasa gelisah dan dia membaginya dengan saya, rasa plus-plus itu langsung gimana ya. Gitu lah. Kalau buat saya, berkawan sama manusia itu lebih menyenangkan.

Mengeluh secara positif tetap lebih baik sih tapi, semacam refleksi diri gitu barangkali.

Oya, kadang saya nggak enak kalau saya selalu terlihat bahagia. Jadi kadang saya cerita yang sedih-sedih padahal nggak sedih. Ada aja orang yang bikin saya merasa bersalah terlalu positif memandang hidup. Tapi kadang sedih beneran sih. Biasanya kalo sedih itu ceritanya pendek.

Kedua

Kemarin dulu ada yang cerita soal kegelisahan hatinya pada saya. Saat itu saya merespons dengan cara yang salah sepertinya. Setengah-setengah. Sebenarnya ceritanya juga setengah sih. Salah memang ketika mendengar tapi sedang tidak ingin mendengar.

Saya sering terlalu banyak berpikir. Kadang sesuatu yang tidak penting, kadang penting tapi tidak akan mengubah apapun, kadang tidak penting dan tidak mengubah apapun. Salah satunya tentang apakah saya harus berhenti peduli.

Ketika saya nggak suka sesuatu, dengan mudah saya bisa jadi suka. Ketika saya suka sesuatu, buat nggak suka bisa butuh jutaan tahun. Lebay. Kadang ketika saya menilai sesuatu adalah sesuatu yang buruk, saya coba itu mata cenayang buat melihat lebih dalam. Meski sering kali ga berhasil, saya percaya saya akan punya kesempatan suatu saat nanti. Bukannya saya nggak pernah nggak suka orang, tapi kalau belum ada kesempatan kenal, orang itu akan tetap ada di teras rumah saya, nggak boleh tengok-tengok ke dalam. Jadi saya aman, well kecuali dia punya kekuatan super sehingga saya terancam.

Sebuah kasus ketika orang yang udah boleh duduk di ruang tamu nyatanya tidak sopan sama sekali, minuman yang kita suguhkan dibuangnya ke akuarium arwana. Oow, toleransi yang dulu ada kini harus dilipatgandakan karena ternyata semakin kenal kok ya makin buruk kelihatannya. Sayangnya saya belum tahu alasan dia membuang minuman itu. Maka saya bolehkan ia duduk lebih lama sambil menunggu kesempatan bertanya.

Gitu sih. Kadang baik dan buruk nggak kelihatan. Siapa yang tahu orang setulus Steve Rogers ternyata Hydra? Siapa coba? Barangkali dia memang jahat, barangkali dia semacam Magneto yang baik namun duluan kecewa sama hidup. Ketika tidak ada yang memaksa saya mengambil keputusan, saya akan memilih untuk tidak memilih, tidak memutuskan.

Maka orang itu akan tetap duduk di ruang tamu, sampai dirinya yang memutuskan untuk pindah ke ruang keluarga, atau kembali berdiri di teras rumah.

Long post, didn't read LOL kalo kata Gunawan.

Pardon.

Kata Fransiskus kalo cerita harus ada amanatnya dan kalo bisa eksplisit, biar yang nggak pinter bisa langsung ngerti.
Pesan: Kalau kamu yakin dia pantas diusir keluar dari rumah karena alasannya buang minuman buatanmu itu memang tidak dapat membenarkan perilakunya, usir saja. Jangan sampai kamu yang lelah hadapi orang yang jelas-jelas bukan gayamu. Namun, ingat lagi alasanmu mengizinkan dia duduk di ruang tamu.

0 comments:

Post a Comment