Saturday, May 27, 2017

Beberes Laptop

Saya mengisi Sabtu yang indah ini dengan beberes laptop karena C sudah mulai penuh. Setiap folder dikunjungi, dipilah mana yang masih perlu disimpan dan mana yang tidak. Nemu beberapa draft blog yang ditulis di notepad, ada yang masih mentah cuma outline, ada yang udah siap disubmit tapi belom-belom. Ada draft tanggal 17 September wkwk. Udah publish sih kalo hari bahagia yang itu. Hutang tulisan tentang Lombok masih buanyak banget, mau nulis tapi ingatannya udah samar-samar. Saya kesal pas Pratama ke Lombok berapa minggu lalu dia jalan-jalannya gaya turis, jadi ingin tunjukin kalo jalan ala traveler itu seru. Tapi ya gitu udah keburu lupa haha.


Sampai di folder bluetooth, nemu file scan yang entah file apa. Maka saya bukalah yang paling bawah. Filenya satu halaman dan pas banget si kursornya ada di paling bawah jadi nggak ketahuan itu file apa, cuma kelihatan ttd kaprodi dan dekan. Pas discroll dikit ke atas, eh kok ip-nya gede? haha. Ketahuan deh ternyata transkrip. Tapi bukan punya saya wkwkwkwk miris.




Read More

Thursday, May 25, 2017

Penggemar Genre Alternative

Many of our assumptions about popular taste are actually artifacts of poor supply-and-demand matching – a market response to inefficient distribution.
The main problem, if that’s the word, is that we live in the physical world and, until recently, most of our entertainment media did, too. But that world puts two dramatic limitations on our entertainment.
The first is the need to find local audiences. An average movie theater will not show a film unless it can attract at least 1,500 people over a two-week run; that’s essentially the rent for a screen. An average record store needs to sell at least two copies of a CD per year to make it worth carrying; that’s the rent for a half inch of shelf space. And so on for DVD rental shops, videogame stores, booksellers, and newsstands.
In each case, retailers will carry only content that can generate sufficient demand to earn its keep.

Hal menarik dari kuliah kali ini adalah betapa berkaitannya kegagalan distribusi dan supply and demand matching terhadap proses pemasaran alias marketing serta selera masyarakatSaya paham betul kalau soal mengumpulkan audiens untuk sebuah karya seni itu ngaruh banget pada keberlanjutannya ada di pasaran. Kasusnya seperti pemutaran film-film Ghibli kemarin. Mesti banyak yang nonton di hari pertama supaya bisa nambah layar dan makin panjang masa penayangannya. Atau seperti Get Out yang langsung menghilang begitu dilibas Fast Furious 8. Ya begitulah.


Ini bahan kuliahnya:

Begitu ada si Long Tail ini akibat era digital dan kawan-kawannya, taraaaa, akses lebih luas membuat masyarakat bisa memilih. Suplai berhasil bertemu dengan demandnya. Saya bertemu kamu. Ihiw

Ucapan terima kasih kepada Spotify dan Deezer yang telah membuat saya menemukan banyak musik baru tanpa harus beli CD-nya, tanpa rasa bersalah membantu pembajakan.
Read More

Friday, May 19, 2017

Orang yang Tepat

Ceilah judulnya sensasional hahaha.

Anw, tag post saya sekarang banyaknya kantor ya. Ketahuan ga punya kehidupan yang lain wkwkwkwk.

Hari ini merupakan sebuah momen besar buat kami di kantor. Hmm sebenarnya nggak gitu juga sih, tapi ya lumayan eye opening alias membuka pikiran. Dan saya nggak bisa untuk nggak cerita sama masnya karena telanjur cerita runutnya ya sama dia dari awal masuk dulu hahah. Tapi post ini bukan tentang itu semua sih, selewat doang itu mah abaikan wkwk.

Setelah pengumuman melalui email, orang-orang menjadi berkelompok, ngobrol dengan temannya masing-masing. Saya yang niatnya ngerumpi sama Carissa jadinya malah ngobrol panjang lebar dengan seorang bapak beranak satu yang awalnya saya pikir orang yang hanya humoris. Soalnya Carissa ga bisa diem, jalan-jalan mulu, jadinya saya yang diajak ngobrol sama bapak ini. Inti post ini adalah si bapak itu dan bagaimana saya menikmati obrolan ini. Kalau saya ngalor ngidul tolong dimaafkan haha.

Saya kasih tahu dulu bahwa imej bapak ini semacam pelawak gitu, ala Cak Lontong kalau secara tampang dan perawakan. Pada hari pertama perkenalannya aja udah ngelawak. Karena kantor kami kecil, pilihan teman makan dan mengobrol menjadi sedikit sehingga otomatis kami sering ngobrol. Dia selalu nempel Carissa pula jadi kalau saya main sama Carissa dia hampir pasti ada. Duo ini kalau ngomong ribuuuuut banget. Dua-duanya teriak-teriak dan ngelawak. Saya yang jadi penontonnya ga bisa berhenti ketawa sampai suara abis. Pernah saya semobil sama mereka berdua dari km 19 sampai tiba di Bandung, fix lolos traffic test mereka berdua itu ga ada matinya.

Nah, kali ini saya kebagian ngobrol yang ga ada Carissa-nya. Ini magical moment sih kalau secara berlebihannya, karena saya belum pernah ngobrol gaya begini sama si bapak ini and I do enjoy this. Pertama kami bahas soal si pengumuman dan apa-apa yang akan berubah setelah hari ini. Obrolannya itu jenis yang santai dan basa-basi, normatif ala-ala politik kantor tapi menggelitik. Ah elah apaan sih bahasanya hahaha. Kaya orang jatuh cinta aja w. Tapi bener kan? Basa-basi dengan orang yang tepat itu rasanya jadi kaya bukan basa-basi. Saya pengalaman ngobrol sama banyak salesperson sih, tapi bapak salesperson yang ini seru tanpa memaksakan gitu. Hahah fiks gaya bahasa saya kalau ngefans selalu berlebihan.

Nah setelah habis membahas apa yang akan terjadi di masa depan perusahaan, beralihlah topik utama ke siapa pemeran utama pendorong kemajuan perusahaan yang tentu saja jawabannya bukan operation team seperti saya melainkan profesi si bapak yaitu salesperson. Berulang kali dia bilang bahwa orang itu bisa banyak belajar dari posisi salesperson, bahwa salesperson itu ujung tombak perusahaan, bahwa kemampuan yang diperlukan hanya negosiasi dan apa satu lagi pak saya lupa belakangnya -si juga. Topiknya itu terus dari kami ngobrol di meja Carissa, di mobil (saya semobil sama dia bersama Steffi, Carissa mobil lain bersama bapak lain), sampai di tempat makan. Merembet ke mana-mana sih sebenernya sampe ke mencari passion hidup bahkan efek haji dan umroh terhadap iman dan motivasi mencari uang, tapi trek utamanya adalah meyakinkan saya bahwa salesperson punya kebebasan berekspresi yang lebih dibanding posisi lain.

Yang bikin saya betah adalah orangnya ini punya banyak cerita dan bisa menahan diri, bisa mendengar tapi berani melawan, punya pendirian tapi terbuka terhadap pendapat lain. Ya sebenarnya itu semua fitur salesperson yang pandai berkomunikasi ya. Tapi saya senang buanget bisa ngobrol yang kaya malam ini. Bener deh. Kapan coba terakhir. Huhu. Galau dah wkwk.

Udah itu aja. Saya senang punya orang favorit baru nih hari ini. Hore. Dan gara-gara ngomongin sebuah kendala menarik dalam bidang customer service yang tentu saja ada hubungannya sama posisi saya, saya jadi makin tertarik belajar distribusi dan embel-embel lain supply chain. Semangat 45!
Read More

Tuesday, May 16, 2017

Ingin Jadi IT Consultant

Selama berkantor di sini, saya sering ngobrol sama orang IT (yang cuma satu orang karena kantornya mungil). Obrolannya nggak macam-macam karena ya namanya juga lagi kerja wkwk. Umumnya sih tentang apa enaknya jadi orang IT di sebuah perusahaan bukan bidang IT, cerita-cerita masa kuliah, dan keinginan saya buat kerja di perusahaan FMCG tapi masih pegang "agak" engineer.

"Kan greget pak kalau ketemu issue di sistem (SAP) tapi mesti nanya dulu ke IT Shuzhou, ini ada masalah apa dan saya harus apa. Harusnya saya bisa jadi orang itu, yang nanganin masalah orang-orang"
"Loh ya kan sekarang pake dulu, jadi tahu isunya. Nanti jadi lebih mudah kalo jelasin ke user karena lo udah pernah ngalamin."
"Oh iya juga ya."
"Iyalah. Lo coba aja berapa tahun jadi user. Abis itu coba jadi konsultan deh."
"Bener juga"


Percakapan di atas terjadi saat bapak IT itu digantikan oleh partnernya dan sedang pamitan sama semua orang kantor termasuk saya, sekitar 2 bulan lalu.

Kemudian, tadi sore ada lowongan SAP consultant di grup HME. Ini doa dikabulkan apa gimana ya hahaha. Namun akhirnya saya memilih untuk tidak menghiraukan. Saya masih cinta sama posisi saya sekarang ini (karena masih ada tantangan yang belum ditaklukkan wkwkwk).


Sekian kegalauan wanita muda mengenai karirnya di masa mendatang.
Read More

Saturday, May 13, 2017