Tuesday, December 30, 2014

Salty Studio



Kapan ya terakhir saya baca komik korea? Mungkin zaman SMP dulu, ketika sekolah sangat dekat dengan taman bacaan. Saya cuma ingat 3 judul yang pernah saya baca, meski belum sampai tamat, yaitu H2O, Shin Gumiho, dan Goong. Saya menikmati ketiga komik tersebut, meski kurang 'cantik' gambarnya.

Nah, sekarang ini, setelah beberapa tahun berselang, saya baru tahu dari adik saya bahwa ada aplikasi bernama Webtoon. Webtoon ini isinya komik-komik korea. Developernya sama seperti Line yaitu Naver. Aplikasi ini dapat diunduh di Play Store. Di webtoon inilah saya disarankan untuk baca Salty Studio. Dan saya terpesona sejak chapter pertama. Dan semakin terbuai pesonanya seiring angka penunjuk chapter bertambah.

Salty Studio bercerita tentang enam orang yang sering berkumpul dalam sebuah studio gambar yang juga rumah salah seorang tokoh. Ada Sonagi yang suka iseng aneh-aneh, ada Togeun yang sering emosional, Cookie yang hobi mabuk-mabukan, Willow dan Yohan yang sering ribut, dan River yang kalem. Mereka berenam inilah yang menjadi pusat cerita, bergantian. Meski begitu, cerita masing-masing tokoh tidak terasa seperti bagian terpisah dari cerita inti. Makin lama kita dapat makin mengerti gerak-gerik tokoh di awal itu alasannya apa.

Saya suka sekali dengan artworknya. Cantik sekali. Tapi tentu saja bukan hanya itu. Cara Omyo, sang author, bercerita, bahkan dengan panel tanpa dialog, membawa saya mengalami apa yang dialami tokoh. Tidak sampai menangis sih (kalau tertawa iya), tapi terbawa suasana lah.

Saya suka dengan cara Omyo memainkan sudut pandang, alur yang bolak-balik maju mundur. Mengingatkan saya pada salah satu komik jepang favorit saya pas SMP untuk genre ini, Here We Are/Bokura ga Ita. Meski sebenarnya ada bagian yang dapat dengan mudah ditebak, karena komik cinta-cintaan memang kemungkinan besar begitu, saya tetap menunggu kelanjutan setiap chapter Salty Studio. Sampai saat ini, baru ada 30 chapter yang dapat diakses di Webtoon. Update chapter akan hadir tiap Jumat. Weekend menjadi semakin membahagiakan karena saya menemukan komik ini haha.
Read More

Sunday, December 28, 2014

Confidence


Journey without it and you will never prevail, but if you have too much of it you will surely fail.

While there are plenty of those who lack the confidence to stand up for themselves and seize opportunities, there are also plenty of people out there who overestimate their abilities and bite off more than they can chew. 

Yang bahasa inggris di atas itu kutipan dari newsletter dua hari lalu yang baru sempat saya baca sekarang  (Riddle 1). Pas banget berhubungan dengan topik di atas, saya dengar kutipan petuah Pak Haji di Adit & Sopo Jarwo di episode sore ini. "Kalau mau ambil pekerjaan, ukur dulu kemampuan kamu. Kalo ga mampu ya jangan diambil." Kira-kira begitu.

Kedua kutipan di atas sedang pas sekali dengan yang ada di pikiran saya akhir-akhir ini. Belum pernah saya mengalami kegagalan karena terlalu banyak mengambil tanggung jawab. Karena itu saya agak takut jika banyak mengiyakan tawaran pada periode kerja yang sama. Sejujurnya saya tipe orang yang mudah bosan sehingga butuh banyak pelarian kerja. Namun, akan sangat mengecewakan jika kita mengundurkan diri di tengah periode kerja karena ternyata tidak sanggup dengan beban kerja yang dipikul. Ya kan?
Read More

Wednesday, December 24, 2014

Lagu Iklan Favorit

Salah satu alasan saya suka menonton televisi adalah iklan yang bagus. Yah mirip-mirip lah dengan salah satu alasan saya suka menonton film di bioskop, ketemu trailer yang bagus. Nah, kadang saya menyalakan televisi (hanya) dengan tujuan menunggu sebuah iklan favorit. Iklan favorit saya dua hari terakhir ini adalah dua versi iklan traveloka.com.

Iklan menarik untuk disimak karena isinya yang padat dan tujuannya jelas. Tidak seperti sinetron yang panjangnya bisa belasan sampai ratusan episode dan isinya bisa berubah dari judulnya. Terkadang iklan bisa bertambah seru kalau isinya berupa balasan dari sindiran iklan lain, misalnya iklan operator telepon seluler di sekitaran dua tahun lalu.

Hal penting yang mesti ada untuk mendukung tersampaikannya konten iklan selain model/aktor adalah lagu iklan atau soundtrack. Lagu yang pas akan mendukung pembawaan suasana iklan saat konten disampaikan bukan? Berikut tiga lagu iklan favorit saya, yang lagunya bahkan saya download dan simpan di handphone.

1. Gebyar Tahapan BCA 2012



Meski sudah 2 tahun berlalu dan sudah rilis iklan selanjutnya yaitu GTB 2013 dan GTB 2014, lagu GTB 2012 lah yang paling nempel di otak saya. Saya cari-cari siapa yang nyanyi belum ketemu sih sayangnya.

2. Friso


Saya baru lihat dengar iklan ini dari dalam kamar kos (televisi ada di ruang tengah) sekitar dua bulan lalu dan langsung jatuh hati. Damai banget suara penyanyinya, musiknya juga bagus. Hasil cari di google sih lagunya Bai Ann berjudul Incredible Journey.

3. The Comment Spesial Natal



Saya suka sama Gamal, terus jadi tahu Audrey kemudian suka, terus jadi GAC kemudian suka. Nah disini GAC nyanyi bareng host The Comment. Suka banget sama suara mereka dan Jingle Bell ini tambah enak karena ada Dud n Dudes juga (dan Danang-Darto juga).

Udah sih tiga itu aja yang berkesan banget. Sebenernya suka juga sama iklan Oreo yang Asyiknya Bersama, tapi ga sesuka itu sampai masuk tiga besar lagu iklan terfavorit ini hahaha
Read More

Tuesday, December 23, 2014

Goodreads Challenge 2014

Tahun 2014 sebentar lagi berakhir. Oleh karena itu, saya mau cerita soal keberhasilan saya menyelesaikan Goodreads 2014 Reading Challenge setelah tahun sebelumnya gagal. Pasang targetnya memang agak kecil sih, cuma 20 buku hehe

Kendala terbesar saya menyelesaikan tantangan ini adalah setiap selesai baca sebuah buku, saya sering lupa update. Jadilah saya lupa tanggal bacanya kapan. Padahal syarat Goodreads hitung buku yang kita masukkan itu termasuk challenge adalah kalau kita set tanggal selesai dibacanya. Maka inilah 22 buku yang berhasil saya baca (dan update) tahun ini
Dalam satu tahun, periode membaca saya bagi jadi 3 term. Term 1 pada awal tahun yaitu sekitar Januari saat masih libur semester, Term 2 pada tengah tahun sekitar Juni-Agustus saat akhir tahun ajaran, dan Term 3 pada Desember saat selesai UAS semester ganjil. Tahun ini, Term 1 saya baca 8 buku, Term 2 saya baca 12 buku, dan curi-curi pas masih kuliah 1 buku (ups). Udah 21 kan tuh? Nah Term 3 ini baru baca 1 buku karena official selesai UAS itu kemarin, 22 Desember 2014. Semoga aja masih bisa nambah sampai tanggal 31 nanti biar tahun depan bisa berani pasang target 40 buku.

Sebenarnya komik yang saya baca juga banyak. Cuma kalo komik saya updatenya di mangaupdates jadi tidak termasuk challenge haha
Read More

Monday, December 22, 2014

Menjadi Manajer

Sejak pukul 9 pagi hingga 1 siang hari ini, saya mencari nafkah untuk acara besar unit kegiatan mahasiswa yang saya ikuti di kampus. Caranya dengan berkeliling sekitar Jalan Riau menawarkan iklan di buku acara, iklan audiovisual, dan penyewaan stand di bazaar.
sebenernya bukan proposal yang ini, tapi daripada ga ada gambar haha

Dari jalan-jalan mencari uang ini, saya baru tahu kalau manajer itu datang ke restorannya siang hari. Saya pikir asyik juga ya jadi manajer, paginya bisa santai-santai. Tapi gatau juga sih sebenernya beliau-beliau itu ngapain pagi-pagi, meeting kali ya sama owner. Ingin deh suatu saat nanti jadi manajer sebuah perusahaan atau owner restoran haha
Read More

Sunday, December 21, 2014

The Hobbit: The Battle of the Five Armies

Tadi malam saya nonton di bioskop untuk ketiga kalinya dalam dua minggu terakhir. Hari kamis nonton Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, Senin nonton Stand By Me Doraemon, dan Sabtu nonton The Hobbit: The Battle of the Five Armies. Nah, film terakhir itu yang mau saya ceritakan sekarang. Tapi ada intronya dulu ya haha.

Sebelum Nonton

Sore itu ada acara di himpunan yang membuat saya harus keluar kosan menerjang hujan. Isi acaranya main CounterStrike (CS) bareng, nonton Kick Ass dan Stand By Me Doraemon, serta bakar-bakar jagung. Waktu berjalan lambat karena dingin dan suasana yang sepi. Tiba-tiba datang ajakan spontan dari Reinhart untuk nonton The Hobbit saat itu juga. Katanya sih ada promo Beli 2 Gratis 1 untuk pemegang kartu debit sebuah bank kalau beli tiketnya sebelum 21.00. Tentu saja saya mengiyakan. Tinggal cari satu orang lagi.

Setelah terbentuk tim--terdiri dari tiga orang, Reinhart, Faris, dan saya--langkah selanjutnya adalah mengecek jadwal film. Hanya ada empat film untuk hari itu, dua sudah saya tonton sebelumnya (paragraf 1), The Hobbit 3, dan Pendekar Tongkat Emas. Saat cek jadwal ini, diketahui ternyata Faris tidak setuju untuk nonton The Hobbit. Alasannya karena belum pernah nonton 3 LOTR dan 2 The Hobbit sebelumnya--dapat dimaklumi. Sebagai solusi kami pilih Pendekar Tongkat Emas setelah sesi penilaian melalui trailernya terlebih dahulu. Waktu telah menunjukkan pukul 20.30. Filmnya mulai 21.00. Biar dapet promo harus beli sebelum 21.00. Kami bertiga buru-buru atur strategi biar cepat sampai lokasi.

Strategi: Digunakan dua motor milik saya dan Reinhart. Reinhart antar saya ke kosan untuk ambil motor, Faris jalan ke gerbang kampus. Setelah ambil motor saya langsung ke lokasi untuk beli tiket agar tetap kena promo, Reinhart menjemput Faris, isi bensin, cari helm tambahan, kemudian menyusul ke lokasi.

Saya tiba di lokasi 21.15. Terlambat karena film sudah mulai dan promo telah lewat. Kemudian tersadar handphone saya mati karena habis baterai. Tidak dapat membuat keputusan karena tidak dapat menghubungin siapapun dan sendirian di keramaian bioskop membuat saya panik.
Reinhart dan Faris tiba 21.20. Ternyata mereka sudah punya keputusan jika terlambat, nonton The Hobbit saja. Dan ternyata lagi, promonya masih ada. Hurray

Saat Nonton (awas spoiler)

Awal film The Hobbit 3 ini jadi akhir dari film kedua tentang marahnya Smaug. Sama seperti 5 film sebelumnya, kebanyakan isi film ini adalah perang dan berantem. Bard muncul di awal untuk mengalahkan Smaug. Galadriel, Saruman, dan bapak-elf-lupa-namanya berantem buat ngalahin Sauron untuk menyelamatkan Gandalf. Thorin ngajak berantem Elves dan orang-orang LakeTown karena gamau membagi hartanya. Terus dateng sepupunya Thorin bersama pasukan dwarfs mau bantuin perang. Eh dateng lagi satu pasukan Orcs ngajak perang. Belum selesai perang, datang lagi pasukan Orcs dari Gundabad. Yaudah perang terus.

Tapi tetap aja suka meski bikin bosan.
Skripnya seru apalagi kalau ada Bilbo dan Alfrid. Bilbo jujur dan kata-katanya agak nyentrik, Alfrid ga jelas ngapain di film tapi selalu lucu, dan cinta segitiga Kili, Tauriel, dan Legolas yang ga menyentuh-menyentuh amat tapi lumayan oke. Suka sih sama akting Taurielnya bagus banget. Thorin yang kena penyakit naga harusnya bisa bikin seru (dan memang bikin seru), sayang penyebab dia kembali menjadi Thorin yang dulu agak ga jelas dan terlalu tiba-tiba.

Yang kurang dari film ini adalah Bilbo dan Gandalf yang jarang muncul. Apalagi Gandalf yang pas muncul pun ga dapet bagian yang penting, Paling pas ngasih tau ada pasukan Orcs datang dan dibagian akhir pas negur Bilbo soal cincin aja yang lumayan berkesan Gandalfnya. Oya satu lagi yang kurang, perasaan pasukan musuh gampang banget kalahnya. Kalo Legolas sama Thorin yang diserang macem-macem ga mati-mati. Jadi agak kesel haha. Apalagi pas Legolas slow motion naikin reruntuhan, kesel banget. Eh satu lagi deng, saya ga nangis di film ini. Itu berarti drama (yang menurut saya merupakan unsur penting sebuah film) di film ini kurang dan penokohan karakter-karakter yang mati kurang bagus. Soalnya saya pasti nangis deh tiap ada karakter tercinta yang mati atau nangis, kebawa perasaan gitu.


Saya termasuk dalam kategori lumayan-penggemar LOTR dan The Hobbit. Maka saya menaruh ekspektasi besar pada film ini. Kesimpulannya ekspektasi saya lumayan terbayar, lumayan lho ya. Tapi karena saya lumayan-penggemar jadi mesti banget nonton sih haha.
Read More

Saturday, December 20, 2014

Supernova

ini poster filmnya
Kali ini saya ingin menulis soal protes saya terhadap film yang baru rilis minggu lalu, Supernova: Ksatria, Putri, & Bintang Jatuh. Sebenernya bukan protes juga sih, unek-unek aja haha

Kalau dilihat dari record di akun goodreads, saya baca versi novelnya tepat dua tahun lalu, 19 Desember 2012.Waktu itu saya merasa bagian awal novel ini terlalu berat, tapi bukan merupakan masalah. Tinggal gunakan teknik baca cepat skimming, saya bisa langsung masuk ke bagian yang lebih manusiawi. Namun sayangnya, hal ini tidak dapat saya lakukan saat menonton film di bioskop.

Habis ini banyak spoiler.


ini cover novelnya
Di awal film (saya telat sekitar 10 menit), saya bertemu dengan dua orang yang sedang mengobrol. Yang pria dapat saya pastikan adalah Re. Tampilannya yang seperti managing director dan sisa kenangan dari film 5 cm, bahwa Junot adalah pujangga, meyakinkan saya. Yang wanita saya tidak kenal. Butuh waktu beberapa detik lebih lama untuk meyakinkan saya bahwa dia adalah Rana. Entah karena Rana dalam otak saya secara fisik tidak cocok dengan Rana di layar, atau memang aktingnya yang kurang pas.

Saat mereka berdua makan siang, saya menyaksikan dua orang yang sedang membaca skrip film. Tidak terasa Rana yang sedang menceritakan kegetiran hidupnya atau Re yang melontarkan pertanyaan berisi rasa tertarik yang mulai tidak wajar. Kalau saya tidak baca novelnya, hampir tidak mungkin saya percaya bahwa mereka akan menjadi sepasang kekasih.

Setelah itu saya bertemu Arwin di meja makan. Kalau ini saya langsung tahu. Dari caranya memperhatikan Rana, saya tahu dialah suami Rana. Tapi hanya sampai sini saya terkesan. Pada bagian peran penting Arwin dalam cerita, yang membuat saya menangis saat membaca novelnya, kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti hasil menghafal untuk ujian, tanpa perasaan.

Reuben dan Dimas saya tidak bisa berkata apa-apa. Tak terbayang seperti apa suasana membuat novel bersama kekasih haha. Tapi tampaknya mereka memang saling mencintai.

Untuk Diva, saya suka dengan glamor dan keangkuhannya. Suka juga sama tatapan matanya yang disebut 'tidak hanya tajam, tapi juga seketika membelah'. Sayang beribu sayang, kalau lagi bicara agak cadel jadi kurang enak pas ngomong panjang-panjang. Tampang berpengetahuan tinggi juga tidak muncul saat dia sedang dalam posisi memberi petuah. Yang saya heran, diva berhasil membuat saya sangat percaya dia koki dan tukang kebun yang baik. Entah karena apa haha. Sayang di film ga ada bolu pandan.

Meski saya merasa para pemeran filmnya kurang mendalami tokoh yang diperankan, tetap saja ada adegan favorit yang menurut saya kerasa asli.

  • Saya suka pas Rana diem bengong didepan kantor setelah di drop-off sama mas Arwin dan pas Rana nyetir pulang dari rumah orang tuanya. Kerasa banget kalo dia banyak pikiran
  • Adegan Arwin favorit pas ngobrol sama Rana di meja makan pertama kali, seisi studio 1 kayaknya ketawa deh dengar isi hati Rana saat menimpali pertanyaan Arwin.
  • Untuk adegan Re saya suka pas di hotel pamit mau meeting dan pas nahan Rana biar ga pulang ke rumah. Pokoknya pas Re lagi marah.
  • Adegan Reuben-Dimas paling berkesan pas pegangan tangan di akhir haha, Bikin perasaan gimana gitu.
  • Diva seru pas diem, benerin pot, dan bikin teh. Terasa dia tokoh hidup yang bukan dewa.

Anyway, selain yang disebutkan di atas, saya suka banget sama animasi/kartun di awal film. Meski dengan berat hati saya harus sarankan narator yang dipilih harusnya bisa lebih merdu dan menghayati untuk animasi sebagus itu.

Setelah selesai ditulis, ternyata isi tulisan ini bukan protes ya. Saya suka dengan detail yang ditulis di novel dan direalisasikan di film. Saya suka hal detail sih memang. Sayang deh adegan-adegan utamanya kurang dapet feel. Padahal bisa jadi bagus nih filmnya. Udah ah itu aja. Bye
eh lupa, rasanya film ini kaya lanjutan 5 cm ga sih?
Read More

Sunday, July 27, 2014

Satu Hari di Bulan Januari

Ini bukan mau menyaingi lagu milik Tulus, bukan.

Sudah tiga hari ini saya olahraga sore-sore. Tapi baru hari ini Ayah saya komentar soal muka saya yang jadi merah setelah olahraga. Karena komentar itu saya jadi ingat satu hari di bulan Januari.

Sore itu saya lari 6 keliling trek lari sarana olahraga milik kampus. Bukan karena ingin kurus melainkan karena ingin mendapatkan nilai A dalam matakuliah olahraga, ngasih tau doang sih haha. Nah, rencana saya sebelumnya untuk segera pulang setelah latihan lari digagalkan oleh sebuah sms jarkom yang isinya meminta seluruh panitia cabang atletik berkumpul di kampus hari itu, jam 5 sore.

Di kumpul itu yang datang cuma saya dan Elisa, serta tentu saja orang yang mengundang kami hadir, si Head Section (HS) alias kepala cabang atletik. Ada satu orang lagi sih, dari kata-kata berbahasa Inggris yang dia ucapkan, sepertinya bukan orang Indonesia.

"Hei kalian berdua, kenalan dulu dong ini temen gua", HS manggil saya dan Elisa untuk mendekat ke mas bule.

Lalu mas bule dan Elisa kenalan. Terus giliran saya.

"Hi, I'm Yusrina", saya bilang. Terus mas bule balas dengan mengucapkan namanya. Saya lupa namanya, maaf ya mas.

"She is the most beautiful woman i've ever met, you know", HS tiba-tiba ngomong ke mas bule, tapi sambil ketawa-ketawa bukan pake muka serius kaya FTV gitu. Saat itu saya masih berdiri di sebelah mereka berdua yang lagi bersandar ke pagar sambil liatin orang main basket di lapangan.

fyi, pagar yang dimaksud yang ada pot tanamannya itu
"Well yes she is" ini mas bule yang ngomong, kayanya terpaksa
"tuh kan kata dia juga", HS nyambung omongan mas bule sambil ngeliat ke saya.
"Look she's blushing. make her prettier" HS nunjuk saya sambil noleh ke mas bule sambil cengar-cengir
"hahaha yes she's blushing" kayanya emang mas bule ikutin aja apa kata HS.
Elisa yang lagi duduk 2 meter di belakang saya ketawa-ketawa sambil bilang "ciee" berkali-kali.

Padahal muka saya memang merah dari awal cerita tadi, karena saya habis latihan lari. Ya kan?

Udah deh beres ceritanya. Mas bule terus pergi entah ke mana. Kami bertiga kumpul ngomongin pertandingan atletik yang sempat ditunda karena hujan. Tentu saja sebelum kumpul dimulai, HS masih sempat ngebahas yang tadi

"Anak atletik banget sih, rajin amat lari."
"Cie dibilang cantik sama bule."
"Cie mukanya merah."
dll. Oya ada backsoundnya Elisa ketawa-ketawa.

Btw orang bilang perempuan punya ingatan yang kuat soal hal remeh. Sepertinya memang benar dibuktikan dengan cerita yang terjadi 1.5 tahun lalu ini.
Read More

Saturday, February 22, 2014

Berkenalan dengan Tulisan

Pertama kali saya membaca novel, sejauh yang saya ingat, adalah kelas 4 SD. Novel yang saya baca kala itu adalah Harry Potter and the Prisoners of Azkaban versi Indonesia. Saat itu saya sudah mengenal Harry Potter lebih dulu melalui versi filmnya yang saya tonton di Cimahi 21 (waktu itu masih ada).


Tetangga saya adalah seorang penulis, entah menulis apa saat itu saya tak tahu. Ibu pernah membawa saya ke rumah beliau dan saya menemukan hal tak biasa di sana. Lemari di rumah beliau menjulang hingga ke langit-langit. Isinya bukan pajangan berbahan kaca atau keramik seperti kebanyakan orang, melainkan buku. Bermacam buku saya jumpai di sana. Nah, kepada beliaulah Ibu meminjamkan saya novel yang pertama saya baca.

Yang saya ingat, saya terpikat pada cara J.K Rowling bercerita. Saya meminjam dua novel Harry Potter yang telah terbit sebelumnya pada beliau, kemudian membeli empat novel berikutnya begitu novel tersebut muncul di Gramedia. Selain Harry Potter, saya mulai mengoleksi seri Lima Sekawan karya Enid Blyton. Saat SMP saya mulai kenal dengan novel-novel karya Agatha Christie. Sejak saat itu saya tahu membaca adalah hobi saya.

Saat kelas dua SMP, perjalanan saya berlanjut ke arah lain. Forum Remaja Masjid di dekat rumah saya memiliki proker baru, mengembangkan minat dan bakat remaja sekitar masjid tersebut. Saya lupa ada berapa kelas yang dibuka saat itu. Saya mengambil kelas menulis. Peserta kelas tersebut sekitar 15 orang. Pematerinya adalah seorang penulis yang tempat tinggalnya masih di sekitar masjid, Ary Nilandari. Dari beliau saya tahu menulis adalah hal yang menyenangkan.

Kelas tersebut diadakan seminggu sekali, setiap hari Kamis. Dari kelas tersebut saya punya teman baru, pengetahuan baru, dan hobi baru. Sejak saat itu pula saya suka menulis buku harian. Sebenarnya buku harian itu adalah tugas dari bu Ary supaya kami terbiasa menulis dan brainstorming ide. Kebiasaan itu berlanjut, meski sekarang isinya bukanlah hal yang bisa disebut tulisan.

Saat kelas tiga SMP, saya sibuk akibat persiapan masuk ke SMA. Saya jarang hadir dalam kelas menulis itu. Puncaknya ketika SMA, saya tidak pernah kembali ke kelas itu. Sekolah saya jaraknya cukup jauh dari rumah sehingga jarang sekali saya punya waktu untuk menghadiri kelas. Suatu ketika, Ibu membelikan saya sebuah novel berjudul Misteri Elang Perak. Ibu bilang tetangga kamilah yang menulis buku itu, omong-omong namanya Ibu Eva. Ternyata buku itu adalah hasil kolaborasi tiga orang penulis, dan salah satunya adalah guru saya. Saya baru tahu ternyata bu Eva dan bu Ary berteman haha. Ratingnya di goodreads bagus, salah satu novel favorit saya. Saat itulah saya tahu salah satu buku yang tetangga saya tulis.


Sejak SMA saya tidak pernah menulis apa-apa. Membaca memang tidak pernah saya tinggalkan, tapi entah kenapa menulis membutuhkan lebih dari sekedar kemauan. Mungkin ini kali pertama. Maksud saya selain tugas mengarang yang diberikan di sekolah atau resume ospek jurusan. Ini memang kali pertama.
Read More