Friday, July 31, 2015

Berakhir

Hari ini hari istimewa. Berakhir sudah sebulan masa saya berpikir dan berbicara lebih banyak dari biasanya. Berakhir sudah sebulan masa saya meluangkan waktu untuk bersosialisasi dan mendengar lebih banyak dari biasanya, Berakhir sebuah amanah langka yang awalnya saya terima dengan berat hati tapi sekarang bikin ketagihan ini.

30 Juni 2015 - 30 Juli 2015

Obrolan-obrolan itu, diskusi-diskusi itu, membuat saya bahagia. Hari-hari diam lama di himpunan memikirkan sesuatu yang tidak seperlu itu dipikirkan. Hari-hari nggak ada yang nyuruh pulang ke kosan cepat-cepat. Hari-hari ikut campur urusan semua orang demi menulis sebuah notula. Dan saya yakin akan merindukannya. Hal-hal tadi masih bisa saya lakukan meski sebulan ini telah berakhir, tapi pastinya dengan 'rasa' yang berbeda.

Hari ini notulasuy berakhir.

Ditutup dengan makan bersama Alina, Grasiadi, Sahilaushafnur, dan Aris di Kantin Upnormal, malam ini cukup berkesan sebagai hari penutupan. Saya agak melankolis ya haha. Ini gara-gara saat antar Alina pulang tadi, dia bilang "Makasih ya atas obrolan-obrolan selama ini." Rasanya seperti tidak akan ada lagi obrolan-bikin-pusing-tapi-seru. Kan saya jadi sedih hahahahaha

Udah. Sampai jumpa di momen tumbuh berkembang selanjutnya, kalau saya masih ada kesempatan.

source: http://img.picturequotes.com/1/216/every-end-is-a-new-beginning-quote-1.jpg


Read More

Saturday, July 25, 2015

Banyak Bicara, Banyak Berpikir

#Nowplaying Hyukoh Playlist

Ceritanya kemarin Alina ajak saya ketemu buat ngobrol-ngobrol sedikit. Ya, kami sedang perlu 'ngobrol' soal beberapa hal berkaitan dengan hadirnya anggota baru di himpunan. Penyambutan adik-adik baru semacam acara pesta gitu, bukan pesta sih itu agak terlalu murni menerjemahkan dari welcoming party.

Hari ini kami ketemu di tempat makan, sambil makan sambil mulai ngobrol. Karena tujuannya ngobrol ringan jadi topik pertama soal cerita-cerita yang terlewat selama kami berpisah, topik tadi di grup Line Ikan dan Akuarium soal seorang cowok, tentang luka di kaki Alin, dan masih banyak lagi. Saya banyak bicara, begitu juga Alin. Memang bertemu adalah obat rindu, satu-satunya obat barangkali.

Kemudian daerah kerja berpindah ke HME. Aris sudah berada di tempat, sedang bicara serius (seperti biasa) dengan Angga dan Irham dan Juris dan beberapa anak 2013 lainnya yang tidak dapat saya identifikasi. Rencana awal adalah Alin dan saya saja yang ngobrol, seperti waktu itu. Tapi mungkin bantuan dari kepala lain (yang saya maksud adalah kepala Aris dan kepala Alvita) dapat berguna, saya pikir. Ternyata obrolan menjadi lebih serius dari yang diinginkan. Alvita tidak hadir pada sesi ngobrol kali ini.

Hari ini saya banyak bicara. Di sofa elektron yang tempatnya strategis untuk kajian kaderisasi. Hari ini saya banyak berpikir. Di sofa elektron yang tempatnya strategis untuk kajian kaderisasi. Menghabiskan cukup banyak energi untuk berpikir dan berbicara. Kadang membantah dan menyela, kadang menyetujui ucapan Alina dan Aris. Ya namanya juga diskusi.

Hari ini saya banyak bicara. Meja pingpong yang menjadi saksi. Hari ini saya banyak berpikir. Jalan dari HME ke Musola Elektro yang menjadi saksi. Menghabiskan cukup banyak emosi untuk berpikir dan berbicara. Kalau soal kepribadian lebih banyak saya yang nyerocos. Saya selalu tertarik dengan uniknya manusia per manusia. Kalau soal kisah hidup mungkin kami sama rata.

Bertemu Alina membuat saya bercerita banyak hal dan memancing saya membuka cerita-cerita lama. Saya terpancing lebih tepatnya, sepertinya Alin tidak memancing. Banyak nama-nama yang saya sebutkan yang sebelumnya tidak pernah (lebih tepatnya jarang) saya ceritakan perasaan saya terhadapnya kepada siapapun. Penyebabnya karena tidak semua orang mengerti bahwa mencintai dan dicintai adalah hal yang saya junjung tinggi. Bukan melulu soal cari pacar dan kawan-kawannya. Cerita dari Alina juga banyak yang membuat saya berpikir. Tentang interaksi antarmanusia. Tentang kesan yang tertinggal pada orang di masa lalu. Tentang jati diri yang katanya tidak berubah. Tentang isi buku Dale Carnegie. Tentang isi buku Stephen R. Covey. Tentang slide Personal Branding kak Ratih. Banyak deh yang berseliweran di kepala kalau ngomong sama orang yang sudah lama kita kenal. Bahkan saya membuka cerita-cerita yang kalau diungkapkan akan menimbulkan rasa sakit di dada #eaa yang bisa saya sebut sebagai turning point hidup saya.

"Kata Bianca dan Astari, aku suka dikasih perhatian. Dan aku suka cara dia memberi perhatian."
-kata saya kepada Alina
tadi bagus untuk diquote, kok sekarang biasa aja ya haha. Ini bicara soal seorang cowok dan seorang cewek teman dekat saya yang keduanya tahu dengan benar seperti apa perhatian yang saya butuhkan.

Tadi sebenarnya banyak yang berseliweran pas kami main pingpong sambil curhat. Luqman, Gunawan, Dehan, Irham, kayanya mereka bingung ini kenapa dua orang cewek mesti curhat sambil pingpong. Sebenernya ini bukan pertama kali ngobrol begini, di meja pingpong maksudnya. Rasanya lebih keluar emosinya, lewat smash dan lari-lari juga kali ya.

To love and be loved, that's life is all about.
-tadi nulis gini di timeline Line

Selesai sesi pingpong yang berlangsung 2 jam itu, kami sholat Maghrib di Salman sambil meneruskan beberapa cerita. Butuh waktu beberapa saat bagi kami untuk mencerna apa yang telah kami katakan, dan mencocokkan ulang dengan apa yang kami rasakan. Kadang yang dikatakan dan dirasakan berbeda kan? Menurut saya dan Alina begitu sih. Karena sesi yang panjang ini, saya bertekad untuk mengucapkan terimakasih ke cewek teman dekat saya yang saya sebut bisa memberikan perhatians sesuai yang saya butuhkan, Astari. Saya chat dia. Dan mengalir lagi cerita-cerita yang terlewat selama kami berpisah. Saya dan Alina, dan Astari juga, yakin bahwa komunikasi dan cerita-cerita ini yang membuat kami semakin dekat dan merasa telah dipercaya untuk mendengarkan kisah hidup.

Sekian. Saya lelah. HAHA
Oya, saya percaya bahwa waktu senggang benar-benar dibutuhkan untuk kembali merasakan nikmat dicintai. Seperti yang pernah saya ceritakan di post sebelumnya. Seperti yang saya rasakan hari ini. 
Read More

Wednesday, July 22, 2015

Silaturahmi

Sebenarnya ini kejadian hari yang sama dengan Colenak Murdi Putra. Sayangnya saya ga ingin orang yang cuma ingin tahu tentang itu malah jadi baca curhat ini haha. Here we go


Hari ini agenda kami jalan-jalan silaturahmi. Kunjungan pertama ke rumah Bu Epon teman sekelompok haji orang tua saya. Ternyata anak beliau, bernama Pak Budi, adalah teman seangkatan Pak Agung Harsoyo, dosen kelas Medan Elektromagnetik dan kelas Sistem Komunikasi saya di kampus. Pak Budi dan Pak Agung adalah anak Elektro ITB angkatan ’87. Bedanya, Pak Budi ambil Elektro D sedangkan Pak Agung ambil Elektro B. Dulu belum ada Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB dan Elektro dibagi menjadi beberapa bagian, saya kurang hafal apa aja.

  "Ada kabar baru apa di kampus?"
  "Dekan STEI baru saja ganti, Pak, jadi Pak Jaka."
  "Oh Pak Jaka Sembiring?"
  "Iya, Pak, Elektro '85."
  "Ah masa, sih, kayanya lebih tua."
  "Iya yang angkatannya ga pada mau masuk himpunan itu loh, Pak."
  "Oiya betul betul '85 itu. Cuma sepertiga yang masuk himpunan."


Kata ayah saya kalau sejurusan begitu jadi lebih mudah ngobrol haha. Beliau cerita kemarin satu travel sama Pak Agung. Kami menyamakan berita kalau Pak Agung sekarang lagi kerja di BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia). Terus cerita tentang TA-nya, tentang peta, GIS. 
Pulang dari rumah Bu Epon kami dapet opak dari sumedang dan kue-kue lebaran.

Kunjungan kedua ke Bu Doelah, kosan Ayah saya dulu. Ayah saya pernah cerita, pas saya belum jurusan, kalau ada anak Elektro 2011 yang ngekos disitu. Baru diketahui kalau ternyata nama si kakak adalah Siti Nasution. Langsung deh saya tebak, orang medan bukan? Bingo haha, benar itu kak Marfuah kapten tim voli HME tahun lalu. Langsung deh saya line kak Marfu memastikan kalau kak Marfu kenal bapak2 lulusan ftmd haha. Ternyata ayah saya dan ayah kak marfu kenal. Sempat ngobrol-ngobrol konsultasi gitu katanya pas SMA mau masuk kuliah.

Kunjungan ketiga ke Pak Beben dan istrinya, teman haji orang tua saya juga. Di daerah ini kami bertemu toko colenak yang terlihat laris. Kami pastikan ke Bu Beben kalau colenak itu memang terkenal, kemudian beli haha. Selain itu dapet oleh-oleh kastangels, lontong, dan minuman apel dari Malang (tapi mereknya Vicha bukan Siiplah). 

Kunjungan keempat ke Bu Rifa, masih teman haji juga. Beliau orang Belitung, suaminya belanda arab. Dapet buah plum, kue kacang dari Belitung, dan bolu semacam klappertart.

Kunjungan kelima harusnya Pak Kurnia di Garut, tetangga kami di perumahan. Sayangnya kami yang berangkat 13.30 dari Moh. Toha ga bergerak dari Nagrek sampai pukul 21.30, sehingga memutuskan untuk putar balik kembali menuju ke rumah saja. 22.30 udah sampe Moh. Toha. Jadi tadi perjalanan 8 jam bisa ditempuh 1 jam kalau pake jalur baliknya. Luar biasa.

Sampai di rumah badan pegal karena ternyata jok Daihatsu Ayla tidak senyaman Nissan Grand Livina. Sekian.
Read More

Colenak Murdi Putra

source: wisata.kompasiana.com

Cemilan ini dikenal dengan nama colenak, dicocol enak. Berbahan dasar tape singkong (peuyeum singkong) yang dicampur dengan bumbu gula merah dan kelapa parut, cemilan ini dominan dengan rasa manis. Makanan khas sunda ini mulai terkenal sejak 1930, diperkenalkan oleh Aki Murdi (sumber), pelopor Colenak Murdi Putra. Toko Colenak Murdi Putra masih ada hingga sekarang, dapat kita temukan di Jalan Ahmad Yani 733 Bandung. Berbeda dengan kemasan colenak yang biasa saya temukan, Colenak Murdi Putra dibungkus kertas putih dengan print nama dan lambang. Terdapat 3 varian rasa yaitu original, nangka, dan durian, masing-masing rasa diberi warna berbeda pada kemasan. Satu porsi colenak ini dijual dengan harga Rp 9.000,00. 



Menurut saya selain karena usaha makanan khas Sunda ini sudah berdiri sejak lama, tiga varian rasa yang ditawarkan oleh Colenak Murdi Putra jadi poin plus tersendiri. Selain itu, peuyeum yang digunakan tidak terlalu manis, dibanding colenak dekat rumah saya, jadi gurihnya kelapa dan gula merah masih bisa terasa. Saya bukan penggemar gula soalnya haha.

Colenak ada kawihnya loh btw.



Read More

Monday, July 20, 2015

Karakter Anak

Mengutip tulisan di newsletter SOS yang saya peroleh beberapa saat lalu,

ingatlah bahwa kita diberi kesempatan untuk membentuk karakter anak selama 12 tahun pertama kehidupannya (Periode Formatif). Manfaatkanlah secara maksimal masa pembentukan ini karena begitu anak mencapai usia 15 tahun, karakternya akan terbentuk dan sulit untuk bisa diintervensi lagi.
(Parenting Communication Specialist, Hana Yasmira, Msi)

Agak mengerikan ya pengaruh keluarga dan pendidikan dasar terhadap karakter orang. Kalau masa itu ga bener kayanya bisa aja terbentuk orang-orang yang ga bener macam di Agents of Shield (maaf belum move on). Jadi ingat saat Aris, Gunawan, dan saya saling bercerita soal masa kecil masing-masing dan menarik benang yang menghubungkan masa lalu itu dan karakter kami sekarang. Kami berusaha mencari keterkaitan cara orang tua mendidik kami dan bagaimana kami sekarang. Terus Aris bilang kurang lebih begini, "habis mikirin pengembangan karakter, pengembangan karakter anak mesti dipikirin juga nih."

Kemudian mengutip tulisan di blog Alina ,

yang paling fundamental dari pengembangan diri adalah membuat orang sadar akan kebutuhan untuk mengembangkan diri.

Dalam konteks pengembangan karakter anak, menjadi sulit untuk melakukan pengembangan diri anak karena anak belum punya 'kesadaran penuh' terhadap apa yang sedang/telah dilakukannya dan dampaknya terhadap lingkungan dan diri sendiri. Apalagi untuk berpikir sejauh 'kebutuhan mengembangkan diri'. Makanya menurut saya lingkungan si anak harus didesain sebaik mungkin untuk memancing pertumbuhan ke arah yang baik dan 'benar' oleh orang tuanya.

Sebenarnya saya ingin nulis tentang orang tua yang belum siap jadi orang tua karena episode tentang Donnie Gill di Agents of Shield. Saya berniat menulis semacam esai, tapi ga punya sumber. Mungkin perlu belajar dulu. Udah itu aja dulu yang bisa saya tulis. Tulisan ini dalam tahap belum dalam kalau kata Aris atau Fransiskus.
Read More

Friday, July 17, 2015

Time

if you don't make time for something, either they don't deserve it, or you don't love them no more

I am not quoting anyone. And this is not about something important in life. I just can't decide whether to finish Paulo Coelho's The Pilgrimage or watch Agents of S.H.I.E.L.D.

No time for studying haha
Read More

Thursday, July 16, 2015

Sahabat Gathering 2015


kenapa Hasna kelihatan saya engga
Tanggal 4 Juli ada newsletter yang depannya "Dear Yusrina," yang diberi gambar.
Akhirnya ada event di Bandung. Tahun lalu peringatan 10 tahun tsunami Aceh dilaksanakan di Jakarta dan saya masih ada kesibukan di kampus jadi tidak bisa hadir. Kali ini harus hadir, tekad saya.

Misi pertama adalah mencari teman yang bisa nyetir mobil, karena saya nggak bisa dan rasanya agak mengerikan kalau ke Lembang naik motor sendirian. Target pertama adalah Aris yang hobinya jalan-jalan dan lagi diamanahi mobil Sahilaushafnur. Akhirnya saya ajak Aris dan Gunawan buat nemenin ikutan acara ini saat kami bertiga sedang sahur bersama di Perancis (bukan nama negara bukan, ini nama warung nasi). Mereka berdua mengiyakan.

Namun kemudian saya merasa nggak enak kalo bawa dua orang sekaligus, soalnya gratis haha. Takut awkward juga soalnya nanti main sama anak-anak, mereka suka anak kecil atau tidak saya tidak tahu. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajak adik saya, Hasna, lagian dia ada mobil juga. Untungnya dia ga jadi ke acara yang mestinya dia datangi di Supratman. Jadi saya nggak nggak enak haha.

Misi kedua adalah konfirmasi dan nanya alamat dan cari alamat pas hari-H. SOS Children's Village Lembang terletak di Jalan Teropong Bintang (Kinderdorf) 1 Lembang. Dekat Boscha katanya. Maka kami andalkan aplikasi Google Maps. Sayang Maps cuma menunjuk Boscha yang pintunya tutup jadi kami kebingungan depan Boscha. Untungnya ada mobil plat B yang terlihat mencari lokasi yang sama jadi kami ikuti. Di belakang kami ada motor yang kebingungan juga, kemudian diketahui sebagai Resti anak UPI 2011. Oya mbak yang menerima konfirmasi saya lewat telepon minta saya jam 15 udah di lokasi karena bakal ada tahap registrasi dulu. Ternyata nyampe jam 16 dan masih sepi haha.
dapet goodie bag, label sebagai nametag, dan newsletter cetak edisi ketiga saat registrasi
Selesai registrasi kenalan sama mbak Fida dalam rangka nanya tempat sholat haha. Anak kecil-kecil udah mulai terlihat 'bertebaran'. Sekitar 16.30, MC membuka acara. Acara pertama dekor cake pops untuk anak-anak. Acara ini paralel dengan bikin Mango Smoothies dan Chicken sesuatu buat ibu-ibu dibimbing seorang chef. Kami-kami para sahabat diajak bergabung sama anak-anak yang udah duduk rapi dekat meja dekor yang berjumlah 6 buah. Chandra yang anak psikologi UPI langsung sigap berdiri dan tiba-tiba udah mangku seorang anak sambil ngobrol dengan anak-anak lain. Saya dan Hasna ikutan bergabung ke sana tapi beda meja.

Kenalan sama Gisel sulit banget sungguh. Dia yang pertama saya tanya siapa nama dan kelas berapa. Pertamanya gamau kasih tau nama. Yah dek ga akan diapa-apain kok, pikir saya. Belum bisa menyentuh hatinya, eh Gisel nangis karena Ifan bilang "Ih itu kekecilan kamu ga usah ikut aja sana". Kak Ivana pun tak mampu menenangkannya. Setelah ada abang gatau siapa namanya datang dan merangkul Gisel barulah dia mau tenang. Setelah tenang eh dia jadi nempel banget sama saya.

Nia dan Ifan anaknya semangat banget dan kayanya ingin kelompok Kelinci ini menang. Nama kelompok ini Nia yang tentukan btw.
"Kak, kakak yang bungkus aja biar rapi, kita yang bikin kuenya"
"Kak aku ambil coklat cairnya lagi ya"
"Nih kak aku ambil bolu lagi biar kita bisa bikin banyak terus pilih yang bagus"
"Ini tusuknya udah aku ambilin lagi"
"Kak gabus buat nusuknya ga ada lagi, aku udah tanya"
Sigap sekali mereka berdua.

Aldo berkali-kali gagal tapi dia asyik sendiri. Berhubung dia ga puasa, tiap gagal dimakan mulu sama dia haha. Fikri yang memang anak paling besar di kelompok ini terlihat paling tenang, mungkin karena udah abg. Albert dan Fikri fokus banget kalo bikin bola-bola bolunya jadi ga berisik kaya yang lain. Mendekati akhir waktu, Fikri dan Ifan menata cake pops yang udah dibungkus di gabus yang disediakan. Abang yang keliling bawa trashbag kami cegat karena kebersihan masuk penilaian. Kecuali Fikri dan Ifan semua sibuk beberes. Selesai itu hasil perjuangan kami disimpan di meja juri untuk dinilai. Nia, Ifan, dan Aldo posesif banget sama kuenya, mereka jagain takut ada yang usik haha.

Gisel ulang tahun keenam hari ini
Sambil menunggu maghrib, ada perform tim jimbe senior dan tim jimbe junior. Nia masuk tim junior dan Fikri masuk tim Senior. Setelah itu ada perform tari juga.
pas banget kuat dan gemulai-nya luar biasa


kelompok Kelinci menang wuhuw, kurang kak Ivana udah pulang duluan
ki-ka: (atas) gitaris-nimbrung-foto-belum-tau-namanya, Yusrina, Chef, Fikri
(bawah) Albert, Gisel, Nia, Aldo, Ifan
Hari ini seru sekali, kata mbak Donor Service yang saya lupa tanya namanya, Sahabat Gathering ini baru pertama kali diadakan. Sejak 2013 SOS fokusnya masih di fundraising. Kakak ini tanya pendapat saya soal acara ini. Ya kalo seseru ini sih saya mau datang terus-terusan hehe, kata saya dalam hati. Selesai bagi hadiah dan foto sama kelompok Kelinci saya pamit pulang, tapi foto-foto dulu difotoin mbak Fida.

the driver and me
#thanksdriver

Mohon maaf ya yang penulisan namanya salah, maklum suka salah dengar dan salah eja hehehe.

Buat yang penasaran sama SOS Children's Villages Indonesia bisa banget cek link berikut:

website: www.sos.or.id
twitter: @desaanaksos
Read More

Wednesday, July 15, 2015

Cinta yang Hambar

Relatif

Rasa hambar itu relatif. Ketika kita makan nasi dengan ayam gulai di rumah makan padang, bumbu si ayam begitu kuat dan nempel di lidah sampai manisnya nasi tidak terasa.

Saya pernah bilang ke seorang teman, "kalau ga ada kesulitan, bahagia terasa hambar."

Dipengaruhi oleh reference point.

Karena bertemu kesulitan, kita jadi bandingkan rasa sulit itu dengan perasaan sebelumnya sehingga yang sebelumnya terasa bahagia.

Terbiasa Dicintai

Cinta menjadi hambar karena kita terbiasa dicintai. Biasa diucapin selamat pagi, biasa dijadikan tempat curhat, biasa dichat, biasa diajak makan bareng. Karena biasa, jadinya biasa-biasa aja. Padahal semua yang saya sebut itu pertanda kita orang yang dicintai atau dianggap dekat atau dianggap menyenangkan dan atau atau yang lain lo.

Ada Barang Baru

Ketika ada yang baru yang melakukan hal yang biasa kita terima di atas, rasanya beda. Barang baru menimbulkan kebahagiaan instan karena kita tidak terbiasa hidup bersama si barang baru itu. Itu makanya ditanya "berbuka di mana?" sama orang baru terasa lebih menggelitik dibandingkan dengan ditanya pertanyaan yang sama oleh teman kosan.

Kembali Menikmati Cinta

Cinta yang saya maksud dari bagian paling atas tadi cinta dalam bentuk umum loh ya, bukan cinta-cintaan yang itu. Nah menilik bagian pertama soal relatif tadi, menurut saya ga perlu kehilangan dulu (ada kesulitan) baru bisa kembali merasakan nikmatnya dicintai. Masa mau kehilangan orang tua dan sahabat dulu buat merasakan hangatnya cinta mereka? hehe

Kalau yang saya rasakan sih, cuma perlu berjalan, berpikir, dan berproses lebih lambat untuk menghadirkan nikmat itu. Bisa dengan sengaja ketemuan untuk ngobrol santai sama sahabat, balas chat lama-lama untuk menikmati setiap momennya, makan lebih lambat untuk mengecap setiap detail masakan, menarik nafas lebih dalam untuk merasakan segarnya udara, dan masih banyak lagi. Diberi penghayatan disetiap momen.
source: flickr.com/photos/lexrex
Mengutip renungan saya di LEN saat KP tapi ga KP (Dirga nonton Days of Future Past, Gunawan nonton Agents of Shield), Ramadhan adalah bulan yang membuat saya dapat menghadirkan nikmat dicintai.

Mungkin saya beruntung karena tinggal di perumahan yang masjidnya hidup, kuliah di kampus yang masjidnya hidup, KP di perusahaan yang masjidnya hidup, ngekos di kosan yang orang-orangnya semangat saat Ramadhan, dan beruntung pula karena masih ketemu sama Ramadhan tahun ini. Karena lingkungan yang mendukung, plus jam kerja yang lebih longgar dan santai, saat Ramadhan membuat segala hal jadi penuh penghayatan.

Nikmat sesederhana ada temen saur dan berbuka (dan temen main sampe kembali saur wkwk) aja udah luar biasa. Apalagi ternyata nikmat dari Allah tak kunjung ada habisnya. Perjalanan HME ke Salman pulang pergi tarawih sendirian membuat saya sadar nikmat bisa berjalan, bernapas menghirup udara bersih, makan yang layak, minum air bersih, wudhu pake air bersih, dan nikmat hidayah. Rasa khusyu dan tumaninah di Salman juga yang membantu saya kembali menemukan debar dan gemetar ketika nama-Nya disebut. 

Satu hal yang saya sadar dan bikin saya semakin merasa dicintai adalah doa yang dikabulkan. Doa ini saya tujukan kepada dua orang teman dekat saya, doa yang isinya sama. Yang satu terlihat sudah disentuh, semoga yang satu lagi menyusul. Entah karena yang mendoakan dia banyak atau memang sudah saatnya, tapi sungguh saya bahagia doa ini dikabulkan. Doa lain yang mungkin dikabulkan adalah soal kerja praktik. Kemarin perusahaan idaman menelepon saya lagi, menawarkan wawancara tanggal 7 Agustus 2015. Tapi saya masih harus berdoa lagi untuk minta petunjuk, tinggalkan kuliah selama sekian bulan atau lepas mimpi ini dan menunggu kesempatan selanjutnya.

Sekian cerita saya soal cinta di bulan ini. Semoga awet terus nikmat mencintai dan dicintai karena sudah tahu apa yang harus dilakukan ketika mulai terasa hambar.
Read More

Sunday, July 12, 2015

Jasmine: Manner in Move

#NowPlayingPlaylist: Bonita & the Hus Band
harusnya 28 Juni 2015
Jasmine merupakan rangkaian acara P3R Salman ITB berupa talkshow yang dilaksanakan setiap tahun di bulan Ramadhan. Pada tahun 1436 H ini, Jasmine bertagline  Manner in Move. Menghadirkan para muslimah inspiratif sebagai pembicara: Netty Prasetiyani (aktivis human trafficking peraih penghargaan Local Hero dari kedubes AS), Nurhayati Subakat (owner Wardah Cosmetics), dan Asma Nadia (penulis best seller Assalamualaikum Beijing), membuat acara ini menyedot cukup banyak peserta.

Moderator menyebut tema talkshow yang dibawa adalah Peran dan Posisi Wanita dalam Masyarakat untuk Membangun Bangsa. Isi talkshow dibagi dalam tiga pertanyaan yang jawabannya saya rangkum pakai bahasa saya dibawah ini.

Peran dan Posisi Wanita

Asma Nadia bercerita soal tulisan-tulisannya yang memiliki satu benang merah, kebangkitan perempuan. Beliau cerita kalau perempuan bangkit, yang berubah bukan cuma dirinya sendiri tapi satu keluarga, yang kemudian bisa memengaruhi satu RT, RW, Desa, Kota, bahkan sampai satu negara. Kok bisa?

Bu Nurhayati bilang kalau wanita itu tiangnya negara. Wanita punya tugas mendidik anak yang kalau sukses bisa bikin negara tambah maju dan kalau ga sukses bisa bikin hancur negara. Ngeri juga. Makanya kita sebagai wanita mesti jago memainkan peran kita yang bisa dibilang krusial ini.

Pembicara favorit saya ibu Netty istri Pak Heryawan. Cuma ngomong satu kalimat aja udah kerasa kalau dia pintar haha. Beliau mengutip surat Kartini:
Kami di sini, kaum wanita, menuntut hak pengajaran bagi kaum wanita dan anak-anak, bukan karena kami ingin menjadi pesaing laki-laki, tapi kalau kaum wanita cerdas, maka akan sangat besar pengaruhnya terhadap peran yang diberikan oleh alam pertama kali bagi kaum wanita, yaitu untuk menjadi pendidik umat manusia.
Salah satu kalimat favorit tentang pentingnya ibu di keluarga: Kalau bapak sakit, yang sakit di keluarga itu cuma satu, bapak. Kalau ibu yang sakit, satu keluarga sakit karena ga ada yang ngurus.
Agak berlebihan sih haha. Oya beliau bilang kalau cewek itu fokusnya menyebar sedangkan cowok fokusnya cuma satu, ke depan doang, jadi cewek lebih bisa multitasking. Iya gitu?

Pengalaman Berkarya

Kalau cerita soal pengalaman berkarya, saya suka sama cerita bu Nurhayati. Beliau lulusan terbaik Farmasi ITB, tapi pas apply jadi dosen ga dapet, entah kenapa. Kemudian beliau cerita soal pengalamannya cari kerja, keluar kerja, kemudian memulai usaha sendiri. Dimulai dengan bikin sampo merek Putri, ditawarin ke salon dekat rumah, kemudian salon di satu kota pake merek tersebut, kemudian semakin berkembang. Beliau merangkum hal-hal yang menurutnya esensial dalam kesuksesan usahanya yaitu,
1.    orangtualah yang membuat kita sukses
2.    sering berdoa, tidak ada yang kebetulan semua diatur Allah
3.    sering silaturahmi, dari tetangga jadi kemana-mana
4.     jangan membuat orang susah
5.     hidup tidak hanya untuk diri sendiri
6.  djitu: disiplin, jujur, inovasi, tekun

Oya anak beliaulah yang membuat perubahan besar di brand Wardah, beliau bilang sejak anaknya masuk, perkembangan Wardah menjadi sangat pesat. Belum lagi Wardah jadi trendsetter model berjilbab di iklan TV hehe. Jadi kalo mendidiknya bener hasilnya bisa luar biasa.

Bu Netty cerita soal pengalamannya menangani human trafficking di Bandung dan cerita-cerita yang beliau peroleh dari laporan di kantornya dekat Wastukencana. Banyak cerita-cerita yang menarik tapi saya lupa kata persisnya pokoknya gitu deh. Asma Nadia bercerita soal travelling dan bisnis tasnya. Ketiga orang ini punya semangat untuk membuat perubahan yang bermanfaat untuk sekitarnya, dengan cara masing-masing.

Berkarya tanpa keluar dari syariat Islam

Yang menarik soal bahasan ini selain menghindari makan minum haram dan menghindari merugikan orang lain adalah soal pasangan hidup. Entah karena pada umur segini topik tersebut memang terasa seru, atau memang ini hal yang penting. Yang saya tangkap, ketiga pembicara punya deal dengan suami soal pekerjaan mereka. Kewajiban menjadi bermanfaat menjadi tanggung jawab berdua kalo kata bu Netty. Dan yang jelas segala yang dilakukan ketiga wanita ini mesti seizin suami dulu. Bu Nurhayati dan Bu Nadia malah selalu pamit sama anak-anaknya juga.

Kutipan kata-kata bu Netty yang seringnya indah soal tips sosialisasi di lingkungan kerja:
bergaul tapi tidak larut, berinteraksi tapi tidak tergerus

dan soal bermanfaat dan menjadi solusi: to reach the unreach

Sayang sekali hari itu saya ga bawa buku catatan coklat, jadi yang saya ceritakan hanya yang saya ingat saja. Sebenarnya banyak kisah-kisah seru tentang pengalaman mereka berkarya.
fullteam


Read More

Saturday, July 4, 2015

(Powerful) Lessons in Personal Change

We can't go very far to change our seeing without simultaneously changing our being, and vice versa.
-Stephen R. Covey


Judul post ini bukan murni ide saya. Di bawah judul buku 7 habits yang sedang saya baca ada subjudul "Powerful Lessons in Personal Change". Karena saya tidak yakin lesson learned ini powerful atau tidak, saya tulis dalam ( ) saja haha. Mari mulai.

Kadang saya merasa beruntung saat berhasil menerapkan personal branding dengan baik.
Seperti kali ini.


Keahlian saya memuji diri sendiri membuat saya menjual personal brand yang agak berlebihan kepada lingkungan saya. Hal ini membuat saya ditempatkan sejajar dengan orang-orang hebat. Tapi sungguh saya dapat melihat diri saya menjadi orang seperti yang saya 'jual' tadi dan saya percaya itu dapat terjadi. Sekarang masalahnya adalah membuat orang-orang melihat diri saya sebagaimana saya melihatnya.

Kemudian saya punya keahlian lain.

Keahlian saya 'memaki' diri sendiri membuat saya tidak pernah puas sehingga saya terus belajar hingga personal brand yang saya tunjukkan dapat tercapai, atau setidaknya saya rasa tercapai. Pada akhirnya hasil belajar saya ini dilihat oleh 'pasar' tempat saya menjual personal brand sehingga mereka merasa tidak salah 'membeli' produk.

Maka yang saya lakukan bolak-balik dan terus menerus adalah
branding -- mempercayai branding yang dibuat -- menjadi sesuai yang di-branding -- re-branding.

Akibat personal branding yang saya tebar sejak masuk himpunan dan unit, saya memperoleh posisi di beberapa kepanitiaan dan organisasi. Orang-orang hebat yang mengelilingi saya setiap hari selama bertahun-tahun ini membuat saya banyak belajar dan berkembang menjadi lebih dari apa yang saya kira akan saya capai. Karena itu saya merasa beruntung.

Saya percaya kata-kata Dekan saya saat saya temui awal minggu ini,
"Kalian di depan saya ini adalah pemimpin di himpunan masing-masing. Tidak mungkin kalian dipercaya jadi pemimpin kalau kalian tidak punya benih kepemimpinan. Maka benih itu harus kalian pupuk supaya kalian menjadi pemimpin yang lebih baik lagi."

Oya, soal personal branding, perlu digarisbawahi bahwa apa yang kita jual adalah benar diri kita bukan diri orang lain. Masa sih mau mengkhianati jati diri demi sebuah posisi? hehehe

Tulisan ini merupakan salah satu bentuk rasa terima kasih saya kepada Sahilaushafnur, Alina, dan Aris yang saat ini sedang memberi kesempatan dan membantu saya berkembang.
Read More

Thursday, July 2, 2015