Saturday, August 8, 2015

Dokumentasi

source: https://en.wikibooks.org/wiki/General_Engineering_Introduction/Documentation
Belakangan ini, pekerjaan saya sering melibatkan dokumentasi. Kira-kira dua tahun terakhir ini. Dokumentasi aliran uang dalam bentuk laporan keuangan, dokumentasi rapat dalam bentuk notula, dokumentasi proyek akhir mata kuliah Sistem Mikroprosesor dan mata kuliah Sistem Instrumentasi, serta dokumentasi proyek kerja praktik di PT LEN Industri. Berkat bekal-bekal pengalaman selama dua tahun ini, saya mengerti benar pentingnya dokumentasi.

Saya kira sudah naluri seseorang yang sedang belajar untuk mencatat hal-hal penting selama proses belajar. Ternyata tidak. Adik-adik lucu yang sekarang jadi panitia kaderisasi himpunan saya saat ini adalah salah satu contoh yang membuka mata saya. Saya pertama sadar ada yang kurang saat evaluasi sebulan lalu. Yang mencatat cuma sekretaris, sedang para ketua divisi bahkan atasannya tidak mengeluarkan buku catatan. Ada sih yang mencatat, tapi sedikit dibanding yang ga nyatet.

Kemarin 2 Agustus terjadi lagi. Kali ini karena sekretaris tidak hadir, tidak ada yang membuat notula rapat. Ada seorang yang inisiatif untuk buat sih di awal, tapi kemudian menyerah. Baru deh pas diminta menyimpulkan hasil rapat, mereka cari siapa yang mencatat. Akhirnya catatan saya yang digunakan, sadar kalau tidak ada yang punya catatan. Terus saya meledak karena kesal dan tak habis pikir. Haha maaf ya.

5 Agustus terjadi lagi. Kali ini sekretaris ada karena para bos udah kami wanti-wanti agar rapat ini ada notulanya. Sayangnya tetap saja kesadaran orang-orang yang berkepentingan (para ketua divisi) untuk mencatat kurang. Saya gemes melihatnya. Ketika beberapa kesimpulan dibuat, sekretarisnya udahan mencatat kemudian dioper ke orang lain yang tidak 'menyambut' umpan tersebut. Terus siapa yang nulis kesimpulan? Gemes.

Kemudian saya bilang ke Sandro dan Aris kurang lebih "Kita yang audiens aja mencatat, mereka yang punya acara malah engga. Harus gimana lagi udah bicara jelas-jelas minta ada yang catat tapi masih gini-gini aja".

Sandro ketawa, Aris juga. Terus Aris bilang "Tunggu beda angkatan agak jauh dulu baru mereka mau dengar kita ngomong apa, kalau cuma beda satu tahun gini susah"

Saya menjawab "Lah kan perubahannya dibutuhkan sekarang, masa nunggu tua dulu". Saya jadi kesel sendiri.

Kemarin 6 Agustus ketemu Abram, saya bahas hal ini lagi. Dia setuju dan dia juga heran. Dulu saat kami yang jadi panitia kaderisasi, pada setiap rapat masing-masing kadiv pegang buku catatan dan menuliskan apa yang dirasa penting untuk divisinya tanpa ada yang nyuruh. Ini kok begini.

Udah sekian. Maaf curhat yang ga jelas, udah bingung harus ngomong sama siapa. Maaf ya adik-adik lucu yang kemarin saya teriakin atau saya omelin.

0 comments:

Post a Comment