Saturday, February 6, 2016

Mengenal Lebih Dekat

Omong-omong soal judul, saya nggak tahu sih yang mana yang lebih benar, Mengenal Lebih Jauh atau Mengenal Lebih Dekat. Menurut kamu yang mana? Haha

#nowplaying Adele Playlist

Saya suka berkelompok. Entah tugas kampus, makan, kepanitiaan, apapun kayanya (kecuali ke toilet kali ya). Mungkin karena saya nggak suka sendirian (Kalau sendirian pikiran saya suka berkelana nggak jelas). Mungkin karena banyak hal lain, entah sih.

Terkadang berkelompok memberi saya kesempatan untuk mengenal seseorang lebih dekat, diniatkan atau tidak. Maksud saya diniatkan itu seperti mengajukan pertanyaan "Kamu mau makan di mana?" Sedangkan tidak diniatkan itu misalnya melihat si F menyisihkan wortel di piring makanan yang mengindikasikan F ga suka sayur. Ya macam itu lah.

Kesempatan itu yang saya sangat suka.

Selama membantu Diardano dalam rangkaian ekskursi-efuture ini, saya ketemu banyak kesempatan seru untuk mengenal teman-teman satu angkatan saya, Teknik Elektro 2012. Kalau Diardano saya nggak menjadi kenal lebih dekat sih. Saya sudah hafal bagaimana cara dia bekerja, merespon sesuatu, membuat keputusan, menjaga tim, udah saya udah tahu. Saya mau cerita tentang orang lain, tiga orang.

Pertama, Arfie. Dia bos saya di divisi acara.
Dari hari ke hari, saya rasa saya jadi tahu bagaimana cara dia membawa orang menuju tujuan yang dia tentukan. Bukan cara yang saya suka sebenarnya, tapi toh hasilnya bagus-bagus saja haha. Sayang kurang di attention to detail dikiit lagi. Kalau ditambah, mungkin dia bisa jadi kadiv acara yang mantap. Sampai saat ini kadiv acara favorit saya masih Dhimas sih, di festival paduan suara kemarin.

Arfie adalah salah satu dari sedikit orang yang saya nilai mampu mendengar dengan baik. Selain itu, he's not easily offended, which is super good. Buat saya sih itu fitur yang cukup penting, soalnya saya kalo ngomong kan ya gitu lah ya. Pernah suatu ketika saya mengemukakan pendapat saya soal sesuatu yang saya nggak sreg. Respon Arfie luar biasa baik, dibanding yang saya kira akan saya terima. Sejak saat itu saya jadi nggak segan untuk mengungkapkan pendapat saya. Awesome.

Oya satu yang baru saya tahu akhir-akhir ini, kalau hidup Arfie adalah sebuah film, maka genre yang tepat adalah drama. Haha, sama kaya Astari tapi versi cowok lah.

Kedua, Aditya. Ini karena obrolan kami hari ini.
Saya sedang baca Noblesse di Webtoon ketika dia membuka obrolan dengan bertanya, "Itu baca apa?" Berlanjut ngomongin komik apa yang seru dan bahas-bahas dikit bersama Astari juga. Saya tahu dia suka baca novel yang senada dengan saya atau selera lagu yang beberapa-ada-yang-sama. Tapi saya baru tahu komik yang dia baca yang genrenya begitu haha. Romance-kehidupan-drama-sedih gitu.

Karena Astari kemudian harus mendengarkan curahan hati Grasiadi, tinggallah obrolan hanya diisi saya dan Aditya. Saya terkejut dengan pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan secara random. Diskusi kami seru karena topik yang dibahas kebetulan topik favorit saya, manusia haha. Cuma sayang responnya masih kurang memberi insight. Tapi tetap senang ada opsi tambahan untuk teman ngobrol ngalor-ngidul sih hahaha. Saya tahu dia cukup seru di kelas etika kemarin sih, cuma ga nyangka seseru ini.

Saya kira dia ini cowok super cuek dan sungguhan tidak peduli (tapi bukan negatif, netral maksud saya) pada manusia selain dirinya. Nyatanya tidak. Rasa penasaran dan keingintahuannya menyenangkan.

Ketiga, Astari.
Kalau Astari saya sudah kenal lama dibanding Arfie dan Aditya. Namun, hal itu tidak menghalangi saya untuk terkesima akan hal-hal yang dia lakukan. She is gifted, in many ways. Kemampuan blend in di atas rata-rata. Saya takjub sekaligus penasaran sih kenapa orang ini bisa segitu mudah nyambung sama orang. Saya cukup percaya diri dengan kemampuan saya di bagian itu, tapi gaya kami approach beda. Makanya saya penasaran haha.

Kesabaran bagai baja. Kalau yang ini saya nggak bisa komentar karena saya nggak punya sabar kayanya haha. Ingin marah rasanya kalau dia masih aja sabar padahal diperlakukan tidak benar. Haduh cuma bisa geleng-geleng dan bilang "kenapa ga marah sih?". Ya mungkin orang-orang baik hati seperti Astari dibutuhkan di dunia ini untuk menyeimbangkan dunia yang dihuni orang macam saya. Semoga dia selalu dilindungi dari orang-orang jahat.


Udah segitu saja dari saya. Doei

2 comments: