Saturday, July 4, 2015

(Powerful) Lessons in Personal Change

We can't go very far to change our seeing without simultaneously changing our being, and vice versa.
-Stephen R. Covey


Judul post ini bukan murni ide saya. Di bawah judul buku 7 habits yang sedang saya baca ada subjudul "Powerful Lessons in Personal Change". Karena saya tidak yakin lesson learned ini powerful atau tidak, saya tulis dalam ( ) saja haha. Mari mulai.

Kadang saya merasa beruntung saat berhasil menerapkan personal branding dengan baik.
Seperti kali ini.


Keahlian saya memuji diri sendiri membuat saya menjual personal brand yang agak berlebihan kepada lingkungan saya. Hal ini membuat saya ditempatkan sejajar dengan orang-orang hebat. Tapi sungguh saya dapat melihat diri saya menjadi orang seperti yang saya 'jual' tadi dan saya percaya itu dapat terjadi. Sekarang masalahnya adalah membuat orang-orang melihat diri saya sebagaimana saya melihatnya.

Kemudian saya punya keahlian lain.

Keahlian saya 'memaki' diri sendiri membuat saya tidak pernah puas sehingga saya terus belajar hingga personal brand yang saya tunjukkan dapat tercapai, atau setidaknya saya rasa tercapai. Pada akhirnya hasil belajar saya ini dilihat oleh 'pasar' tempat saya menjual personal brand sehingga mereka merasa tidak salah 'membeli' produk.

Maka yang saya lakukan bolak-balik dan terus menerus adalah
branding -- mempercayai branding yang dibuat -- menjadi sesuai yang di-branding -- re-branding.

Akibat personal branding yang saya tebar sejak masuk himpunan dan unit, saya memperoleh posisi di beberapa kepanitiaan dan organisasi. Orang-orang hebat yang mengelilingi saya setiap hari selama bertahun-tahun ini membuat saya banyak belajar dan berkembang menjadi lebih dari apa yang saya kira akan saya capai. Karena itu saya merasa beruntung.

Saya percaya kata-kata Dekan saya saat saya temui awal minggu ini,
"Kalian di depan saya ini adalah pemimpin di himpunan masing-masing. Tidak mungkin kalian dipercaya jadi pemimpin kalau kalian tidak punya benih kepemimpinan. Maka benih itu harus kalian pupuk supaya kalian menjadi pemimpin yang lebih baik lagi."

Oya, soal personal branding, perlu digarisbawahi bahwa apa yang kita jual adalah benar diri kita bukan diri orang lain. Masa sih mau mengkhianati jati diri demi sebuah posisi? hehehe

Tulisan ini merupakan salah satu bentuk rasa terima kasih saya kepada Sahilaushafnur, Alina, dan Aris yang saat ini sedang memberi kesempatan dan membantu saya berkembang.

0 comments:

Post a Comment