Thursday, March 3, 2016

Cheese in the Trap

Saya sudah selesai nonton drama korea Cheese in the Trap.

Hasilnya?

Banjir air mata AHAHA.



Ini drama korea kedua yang saya tamatin. Pada dasarnya saya nggak suka nonton ginian karena selain suara orang korea itu ngeselin, saya ini lemah hati. Sensitif ditambah ekspresif. Ya begitu hasilnya.

Saya nonton drama ini karena suatu hari Astari senyum-senyum mencurigakan, menyarankan saya untuk nonton. Setelah sekarang berhasil menyelesaikan 16 episode drama, saya tidak menyesal. Karena rasanya kaya punya teman, hidup dalam drama. Nggak deng ahahah.

Saya ini nggak betah lihat cowok cantik itu, dengan rambut yang nggak gerak meskipun dia berlari. Tapi saya akui sang lead-male Park Hae-Jin berhasil banget bikin saya jadi penasaran. Pasti banget saya bakal jadi salah satu orang yang ngeliatin dia tiap hari, penasaran dengan apa yang terjadi dalam kepalanya.

#nowlistening Awa - Obvious

Alur di komik yang lambat membuat saya nggak siap buat lihat drama super cepat ini. Begitu banyak momen bagus yang di-skip. Namun, sepertinya cara drama ini memperkenalkan tokohnya memang beda. Buktinya, meski momen-momen In Ho banyak yang terlewat, tetap saja saya jatuh cinta sama tokoh satu itu. 

Karakter-karakter utama di tokoh ini sebenarnya standar drama biasa. Cowok super baik-kaya-cantik vs cewek biasa-ekonomi standar-tidak populer. Namun nyatanya perkembangan karakter di episode dua dan seterusnya bukannya membuat kita sebagai penonton bereaksi "Tuh kan pasti dia orangnya gitu." malah bereaksi "Jadi alasan dia kemarin begitu adalah ini, lalu kenapa dia begini. Sebenarnya apa yang dia pikirkan". Kompleks luar biasa sih masalah psikologis begini.

Saya mau cerita yang bawa perasaan, tapi nanti jadinya curhat ga jelas ahaha. Ga enak kalo orangnya baca. Yasudah.

Pokoknya ini seru. Tidak lengkap kalau baca Cheese in the Trap tapi ga ikutin drama ini juga.

Episode 16 bikin banjir salah satunya karena saya inget James Brown ahaha. Tuh kan bocor emang Yusrina klepnya rusak.

#nowlistening Raisa - Butterfly ft Maruli Tampubolon (From "Terjebak Nostalgia")

Salah satu yang sangat disayangkan adalah bagian penyelesaian segala konflik pelik nan dramatis pada episode akhir. Layaknya FTV, segala gundah, duka, luka, bisa sembuh hanya dengan sekian menit yang ditulis "tiga tahun kemudian ... "
Saya tidak terima. Karena waktu seharusnya tidak menyembuhkan segalanya. Gitu deh.

0 comments:

Post a Comment