Friday, July 31, 2015

Berakhir

Hari ini hari istimewa. Berakhir sudah sebulan masa saya berpikir dan berbicara lebih banyak dari biasanya. Berakhir sudah sebulan masa saya meluangkan waktu untuk bersosialisasi dan mendengar lebih banyak dari biasanya, Berakhir sebuah amanah langka yang awalnya saya terima dengan berat hati tapi sekarang bikin ketagihan ini.

30 Juni 2015 - 30 Juli 2015

Obrolan-obrolan itu, diskusi-diskusi itu, membuat saya bahagia. Hari-hari diam lama di himpunan memikirkan sesuatu yang tidak seperlu itu dipikirkan. Hari-hari nggak ada yang nyuruh pulang ke kosan cepat-cepat. Hari-hari ikut campur urusan semua orang demi menulis sebuah notula. Dan saya yakin akan merindukannya. Hal-hal tadi masih bisa saya lakukan meski sebulan ini telah berakhir, tapi pastinya dengan 'rasa' yang berbeda.

Hari ini notulasuy berakhir.

Ditutup dengan makan bersama Alina, Grasiadi, Sahilaushafnur, dan Aris di Kantin Upnormal, malam ini cukup berkesan sebagai hari penutupan. Saya agak melankolis ya haha. Ini gara-gara saat antar Alina pulang tadi, dia bilang "Makasih ya atas obrolan-obrolan selama ini." Rasanya seperti tidak akan ada lagi obrolan-bikin-pusing-tapi-seru. Kan saya jadi sedih hahahahaha

Udah. Sampai jumpa di momen tumbuh berkembang selanjutnya, kalau saya masih ada kesempatan.

source: http://img.picturequotes.com/1/216/every-end-is-a-new-beginning-quote-1.jpg


Read More

Saturday, July 25, 2015

Banyak Bicara, Banyak Berpikir

#Nowplaying Hyukoh Playlist

Ceritanya kemarin Alina ajak saya ketemu buat ngobrol-ngobrol sedikit. Ya, kami sedang perlu 'ngobrol' soal beberapa hal berkaitan dengan hadirnya anggota baru di himpunan. Penyambutan adik-adik baru semacam acara pesta gitu, bukan pesta sih itu agak terlalu murni menerjemahkan dari welcoming party.

Hari ini kami ketemu di tempat makan, sambil makan sambil mulai ngobrol. Karena tujuannya ngobrol ringan jadi topik pertama soal cerita-cerita yang terlewat selama kami berpisah, topik tadi di grup Line Ikan dan Akuarium soal seorang cowok, tentang luka di kaki Alin, dan masih banyak lagi. Saya banyak bicara, begitu juga Alin. Memang bertemu adalah obat rindu, satu-satunya obat barangkali.

Kemudian daerah kerja berpindah ke HME. Aris sudah berada di tempat, sedang bicara serius (seperti biasa) dengan Angga dan Irham dan Juris dan beberapa anak 2013 lainnya yang tidak dapat saya identifikasi. Rencana awal adalah Alin dan saya saja yang ngobrol, seperti waktu itu. Tapi mungkin bantuan dari kepala lain (yang saya maksud adalah kepala Aris dan kepala Alvita) dapat berguna, saya pikir. Ternyata obrolan menjadi lebih serius dari yang diinginkan. Alvita tidak hadir pada sesi ngobrol kali ini.

Hari ini saya banyak bicara. Di sofa elektron yang tempatnya strategis untuk kajian kaderisasi. Hari ini saya banyak berpikir. Di sofa elektron yang tempatnya strategis untuk kajian kaderisasi. Menghabiskan cukup banyak energi untuk berpikir dan berbicara. Kadang membantah dan menyela, kadang menyetujui ucapan Alina dan Aris. Ya namanya juga diskusi.

Hari ini saya banyak bicara. Meja pingpong yang menjadi saksi. Hari ini saya banyak berpikir. Jalan dari HME ke Musola Elektro yang menjadi saksi. Menghabiskan cukup banyak emosi untuk berpikir dan berbicara. Kalau soal kepribadian lebih banyak saya yang nyerocos. Saya selalu tertarik dengan uniknya manusia per manusia. Kalau soal kisah hidup mungkin kami sama rata.

Bertemu Alina membuat saya bercerita banyak hal dan memancing saya membuka cerita-cerita lama. Saya terpancing lebih tepatnya, sepertinya Alin tidak memancing. Banyak nama-nama yang saya sebutkan yang sebelumnya tidak pernah (lebih tepatnya jarang) saya ceritakan perasaan saya terhadapnya kepada siapapun. Penyebabnya karena tidak semua orang mengerti bahwa mencintai dan dicintai adalah hal yang saya junjung tinggi. Bukan melulu soal cari pacar dan kawan-kawannya. Cerita dari Alina juga banyak yang membuat saya berpikir. Tentang interaksi antarmanusia. Tentang kesan yang tertinggal pada orang di masa lalu. Tentang jati diri yang katanya tidak berubah. Tentang isi buku Dale Carnegie. Tentang isi buku Stephen R. Covey. Tentang slide Personal Branding kak Ratih. Banyak deh yang berseliweran di kepala kalau ngomong sama orang yang sudah lama kita kenal. Bahkan saya membuka cerita-cerita yang kalau diungkapkan akan menimbulkan rasa sakit di dada #eaa yang bisa saya sebut sebagai turning point hidup saya.

"Kata Bianca dan Astari, aku suka dikasih perhatian. Dan aku suka cara dia memberi perhatian."
-kata saya kepada Alina
tadi bagus untuk diquote, kok sekarang biasa aja ya haha. Ini bicara soal seorang cowok dan seorang cewek teman dekat saya yang keduanya tahu dengan benar seperti apa perhatian yang saya butuhkan.

Tadi sebenarnya banyak yang berseliweran pas kami main pingpong sambil curhat. Luqman, Gunawan, Dehan, Irham, kayanya mereka bingung ini kenapa dua orang cewek mesti curhat sambil pingpong. Sebenernya ini bukan pertama kali ngobrol begini, di meja pingpong maksudnya. Rasanya lebih keluar emosinya, lewat smash dan lari-lari juga kali ya.

To love and be loved, that's life is all about.
-tadi nulis gini di timeline Line

Selesai sesi pingpong yang berlangsung 2 jam itu, kami sholat Maghrib di Salman sambil meneruskan beberapa cerita. Butuh waktu beberapa saat bagi kami untuk mencerna apa yang telah kami katakan, dan mencocokkan ulang dengan apa yang kami rasakan. Kadang yang dikatakan dan dirasakan berbeda kan? Menurut saya dan Alina begitu sih. Karena sesi yang panjang ini, saya bertekad untuk mengucapkan terimakasih ke cewek teman dekat saya yang saya sebut bisa memberikan perhatians sesuai yang saya butuhkan, Astari. Saya chat dia. Dan mengalir lagi cerita-cerita yang terlewat selama kami berpisah. Saya dan Alina, dan Astari juga, yakin bahwa komunikasi dan cerita-cerita ini yang membuat kami semakin dekat dan merasa telah dipercaya untuk mendengarkan kisah hidup.

Sekian. Saya lelah. HAHA
Oya, saya percaya bahwa waktu senggang benar-benar dibutuhkan untuk kembali merasakan nikmat dicintai. Seperti yang pernah saya ceritakan di post sebelumnya. Seperti yang saya rasakan hari ini. 
Read More

Wednesday, July 22, 2015

Silaturahmi

Sebenarnya ini kejadian hari yang sama dengan Colenak Murdi Putra. Sayangnya saya ga ingin orang yang cuma ingin tahu tentang itu malah jadi baca curhat ini haha. Here we go


Hari ini agenda kami jalan-jalan silaturahmi. Kunjungan pertama ke rumah Bu Epon teman sekelompok haji orang tua saya. Ternyata anak beliau, bernama Pak Budi, adalah teman seangkatan Pak Agung Harsoyo, dosen kelas Medan Elektromagnetik dan kelas Sistem Komunikasi saya di kampus. Pak Budi dan Pak Agung adalah anak Elektro ITB angkatan ’87. Bedanya, Pak Budi ambil Elektro D sedangkan Pak Agung ambil Elektro B. Dulu belum ada Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB dan Elektro dibagi menjadi beberapa bagian, saya kurang hafal apa aja.

  "Ada kabar baru apa di kampus?"
  "Dekan STEI baru saja ganti, Pak, jadi Pak Jaka."
  "Oh Pak Jaka Sembiring?"
  "Iya, Pak, Elektro '85."
  "Ah masa, sih, kayanya lebih tua."
  "Iya yang angkatannya ga pada mau masuk himpunan itu loh, Pak."
  "Oiya betul betul '85 itu. Cuma sepertiga yang masuk himpunan."


Kata ayah saya kalau sejurusan begitu jadi lebih mudah ngobrol haha. Beliau cerita kemarin satu travel sama Pak Agung. Kami menyamakan berita kalau Pak Agung sekarang lagi kerja di BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia). Terus cerita tentang TA-nya, tentang peta, GIS. 
Pulang dari rumah Bu Epon kami dapet opak dari sumedang dan kue-kue lebaran.

Kunjungan kedua ke Bu Doelah, kosan Ayah saya dulu. Ayah saya pernah cerita, pas saya belum jurusan, kalau ada anak Elektro 2011 yang ngekos disitu. Baru diketahui kalau ternyata nama si kakak adalah Siti Nasution. Langsung deh saya tebak, orang medan bukan? Bingo haha, benar itu kak Marfuah kapten tim voli HME tahun lalu. Langsung deh saya line kak Marfu memastikan kalau kak Marfu kenal bapak2 lulusan ftmd haha. Ternyata ayah saya dan ayah kak marfu kenal. Sempat ngobrol-ngobrol konsultasi gitu katanya pas SMA mau masuk kuliah.

Kunjungan ketiga ke Pak Beben dan istrinya, teman haji orang tua saya juga. Di daerah ini kami bertemu toko colenak yang terlihat laris. Kami pastikan ke Bu Beben kalau colenak itu memang terkenal, kemudian beli haha. Selain itu dapet oleh-oleh kastangels, lontong, dan minuman apel dari Malang (tapi mereknya Vicha bukan Siiplah). 

Kunjungan keempat ke Bu Rifa, masih teman haji juga. Beliau orang Belitung, suaminya belanda arab. Dapet buah plum, kue kacang dari Belitung, dan bolu semacam klappertart.

Kunjungan kelima harusnya Pak Kurnia di Garut, tetangga kami di perumahan. Sayangnya kami yang berangkat 13.30 dari Moh. Toha ga bergerak dari Nagrek sampai pukul 21.30, sehingga memutuskan untuk putar balik kembali menuju ke rumah saja. 22.30 udah sampe Moh. Toha. Jadi tadi perjalanan 8 jam bisa ditempuh 1 jam kalau pake jalur baliknya. Luar biasa.

Sampai di rumah badan pegal karena ternyata jok Daihatsu Ayla tidak senyaman Nissan Grand Livina. Sekian.
Read More

Colenak Murdi Putra

source: wisata.kompasiana.com

Cemilan ini dikenal dengan nama colenak, dicocol enak. Berbahan dasar tape singkong (peuyeum singkong) yang dicampur dengan bumbu gula merah dan kelapa parut, cemilan ini dominan dengan rasa manis. Makanan khas sunda ini mulai terkenal sejak 1930, diperkenalkan oleh Aki Murdi (sumber), pelopor Colenak Murdi Putra. Toko Colenak Murdi Putra masih ada hingga sekarang, dapat kita temukan di Jalan Ahmad Yani 733 Bandung. Berbeda dengan kemasan colenak yang biasa saya temukan, Colenak Murdi Putra dibungkus kertas putih dengan print nama dan lambang. Terdapat 3 varian rasa yaitu original, nangka, dan durian, masing-masing rasa diberi warna berbeda pada kemasan. Satu porsi colenak ini dijual dengan harga Rp 9.000,00. 



Menurut saya selain karena usaha makanan khas Sunda ini sudah berdiri sejak lama, tiga varian rasa yang ditawarkan oleh Colenak Murdi Putra jadi poin plus tersendiri. Selain itu, peuyeum yang digunakan tidak terlalu manis, dibanding colenak dekat rumah saya, jadi gurihnya kelapa dan gula merah masih bisa terasa. Saya bukan penggemar gula soalnya haha.

Colenak ada kawihnya loh btw.



Read More

Monday, July 20, 2015

Karakter Anak

Mengutip tulisan di newsletter SOS yang saya peroleh beberapa saat lalu,

ingatlah bahwa kita diberi kesempatan untuk membentuk karakter anak selama 12 tahun pertama kehidupannya (Periode Formatif). Manfaatkanlah secara maksimal masa pembentukan ini karena begitu anak mencapai usia 15 tahun, karakternya akan terbentuk dan sulit untuk bisa diintervensi lagi.
(Parenting Communication Specialist, Hana Yasmira, Msi)

Agak mengerikan ya pengaruh keluarga dan pendidikan dasar terhadap karakter orang. Kalau masa itu ga bener kayanya bisa aja terbentuk orang-orang yang ga bener macam di Agents of Shield (maaf belum move on). Jadi ingat saat Aris, Gunawan, dan saya saling bercerita soal masa kecil masing-masing dan menarik benang yang menghubungkan masa lalu itu dan karakter kami sekarang. Kami berusaha mencari keterkaitan cara orang tua mendidik kami dan bagaimana kami sekarang. Terus Aris bilang kurang lebih begini, "habis mikirin pengembangan karakter, pengembangan karakter anak mesti dipikirin juga nih."

Kemudian mengutip tulisan di blog Alina ,

yang paling fundamental dari pengembangan diri adalah membuat orang sadar akan kebutuhan untuk mengembangkan diri.

Dalam konteks pengembangan karakter anak, menjadi sulit untuk melakukan pengembangan diri anak karena anak belum punya 'kesadaran penuh' terhadap apa yang sedang/telah dilakukannya dan dampaknya terhadap lingkungan dan diri sendiri. Apalagi untuk berpikir sejauh 'kebutuhan mengembangkan diri'. Makanya menurut saya lingkungan si anak harus didesain sebaik mungkin untuk memancing pertumbuhan ke arah yang baik dan 'benar' oleh orang tuanya.

Sebenarnya saya ingin nulis tentang orang tua yang belum siap jadi orang tua karena episode tentang Donnie Gill di Agents of Shield. Saya berniat menulis semacam esai, tapi ga punya sumber. Mungkin perlu belajar dulu. Udah itu aja dulu yang bisa saya tulis. Tulisan ini dalam tahap belum dalam kalau kata Aris atau Fransiskus.
Read More