Sunday, December 21, 2014

The Hobbit: The Battle of the Five Armies

Tadi malam saya nonton di bioskop untuk ketiga kalinya dalam dua minggu terakhir. Hari kamis nonton Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, Senin nonton Stand By Me Doraemon, dan Sabtu nonton The Hobbit: The Battle of the Five Armies. Nah, film terakhir itu yang mau saya ceritakan sekarang. Tapi ada intronya dulu ya haha.

Sebelum Nonton

Sore itu ada acara di himpunan yang membuat saya harus keluar kosan menerjang hujan. Isi acaranya main CounterStrike (CS) bareng, nonton Kick Ass dan Stand By Me Doraemon, serta bakar-bakar jagung. Waktu berjalan lambat karena dingin dan suasana yang sepi. Tiba-tiba datang ajakan spontan dari Reinhart untuk nonton The Hobbit saat itu juga. Katanya sih ada promo Beli 2 Gratis 1 untuk pemegang kartu debit sebuah bank kalau beli tiketnya sebelum 21.00. Tentu saja saya mengiyakan. Tinggal cari satu orang lagi.

Setelah terbentuk tim--terdiri dari tiga orang, Reinhart, Faris, dan saya--langkah selanjutnya adalah mengecek jadwal film. Hanya ada empat film untuk hari itu, dua sudah saya tonton sebelumnya (paragraf 1), The Hobbit 3, dan Pendekar Tongkat Emas. Saat cek jadwal ini, diketahui ternyata Faris tidak setuju untuk nonton The Hobbit. Alasannya karena belum pernah nonton 3 LOTR dan 2 The Hobbit sebelumnya--dapat dimaklumi. Sebagai solusi kami pilih Pendekar Tongkat Emas setelah sesi penilaian melalui trailernya terlebih dahulu. Waktu telah menunjukkan pukul 20.30. Filmnya mulai 21.00. Biar dapet promo harus beli sebelum 21.00. Kami bertiga buru-buru atur strategi biar cepat sampai lokasi.

Strategi: Digunakan dua motor milik saya dan Reinhart. Reinhart antar saya ke kosan untuk ambil motor, Faris jalan ke gerbang kampus. Setelah ambil motor saya langsung ke lokasi untuk beli tiket agar tetap kena promo, Reinhart menjemput Faris, isi bensin, cari helm tambahan, kemudian menyusul ke lokasi.

Saya tiba di lokasi 21.15. Terlambat karena film sudah mulai dan promo telah lewat. Kemudian tersadar handphone saya mati karena habis baterai. Tidak dapat membuat keputusan karena tidak dapat menghubungin siapapun dan sendirian di keramaian bioskop membuat saya panik.
Reinhart dan Faris tiba 21.20. Ternyata mereka sudah punya keputusan jika terlambat, nonton The Hobbit saja. Dan ternyata lagi, promonya masih ada. Hurray

Saat Nonton (awas spoiler)

Awal film The Hobbit 3 ini jadi akhir dari film kedua tentang marahnya Smaug. Sama seperti 5 film sebelumnya, kebanyakan isi film ini adalah perang dan berantem. Bard muncul di awal untuk mengalahkan Smaug. Galadriel, Saruman, dan bapak-elf-lupa-namanya berantem buat ngalahin Sauron untuk menyelamatkan Gandalf. Thorin ngajak berantem Elves dan orang-orang LakeTown karena gamau membagi hartanya. Terus dateng sepupunya Thorin bersama pasukan dwarfs mau bantuin perang. Eh dateng lagi satu pasukan Orcs ngajak perang. Belum selesai perang, datang lagi pasukan Orcs dari Gundabad. Yaudah perang terus.

Tapi tetap aja suka meski bikin bosan.
Skripnya seru apalagi kalau ada Bilbo dan Alfrid. Bilbo jujur dan kata-katanya agak nyentrik, Alfrid ga jelas ngapain di film tapi selalu lucu, dan cinta segitiga Kili, Tauriel, dan Legolas yang ga menyentuh-menyentuh amat tapi lumayan oke. Suka sih sama akting Taurielnya bagus banget. Thorin yang kena penyakit naga harusnya bisa bikin seru (dan memang bikin seru), sayang penyebab dia kembali menjadi Thorin yang dulu agak ga jelas dan terlalu tiba-tiba.

Yang kurang dari film ini adalah Bilbo dan Gandalf yang jarang muncul. Apalagi Gandalf yang pas muncul pun ga dapet bagian yang penting, Paling pas ngasih tau ada pasukan Orcs datang dan dibagian akhir pas negur Bilbo soal cincin aja yang lumayan berkesan Gandalfnya. Oya satu lagi yang kurang, perasaan pasukan musuh gampang banget kalahnya. Kalo Legolas sama Thorin yang diserang macem-macem ga mati-mati. Jadi agak kesel haha. Apalagi pas Legolas slow motion naikin reruntuhan, kesel banget. Eh satu lagi deng, saya ga nangis di film ini. Itu berarti drama (yang menurut saya merupakan unsur penting sebuah film) di film ini kurang dan penokohan karakter-karakter yang mati kurang bagus. Soalnya saya pasti nangis deh tiap ada karakter tercinta yang mati atau nangis, kebawa perasaan gitu.


Saya termasuk dalam kategori lumayan-penggemar LOTR dan The Hobbit. Maka saya menaruh ekspektasi besar pada film ini. Kesimpulannya ekspektasi saya lumayan terbayar, lumayan lho ya. Tapi karena saya lumayan-penggemar jadi mesti banget nonton sih haha.

0 comments:

Post a Comment