Friday, August 14, 2015

Ujian Komprehensif

#nowplaying Hyukoh - Comes and Goes

Ujian komprehensif merupakan syarat seorang mahasiswa Teknik Elektro dapat mengambil mata kuliah Tugas Akhir I (Capstone Design). Oleh karena itu, lulus ujian ini adalah sesuatu yang penting. Penting untuk mahasiswa tingkat akhir agar dapat segera keluar dari kampus tercinta.



Hari ini ujian komprehensif dilaksanakan. Saya dan Astari berangkat dari kosan saya pukul 12.50 siang, agar ada waktu yang cukup luang hingga dimulainya ujian pada pukul 13.30. Tiba di HME, sudah mulai terasa atmosfer tegang-tapi-pura-pura-santai.

Tiba di depan Laboratorium Komputer Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer (Labkom LSKK), lokasi ujian, terlihat ramai mahasiswa yang panik tapi ceria. Albertus menularkan kegelisahannya pada kami yang duduk di bangku dekat Labkom, lebih tepatnya pada saya. Pukul 13.25 kami sudah dapat memasuki ruang ujian. Saya duduk di sebelah kanan Andaswara.

Waktu menunjukkan pukul 14.30. Beberapa mahasiswa sudah keluar dari ruang ujian. Yang tetap tinggal menjadi lebih panik, termasuk saya dan Andaswara. Mungkin Andaswara juga panik karena lihat saya masih menyisakan 2 mata kuliah. Mukanya menampakkan rasa bersalah sekaligus khawatir saat dia berhasil menyelesaikan kesembilan mata kuliah, sedangkan saya sudah tumbang karena kesempatan mengerjakan soal telah habis. Dia keluar dari ruangan mendahului saya. Saya menyusul beberapa menit kemudian karena sudah bingung mau apa dengan soal-soal di layar komputer. Gagal sudah lulus pada ujian kali ini, semoga harus berhasil pada ujian September nanti. Semangat buat teman-teman yang masih harus melanjutkan perjuangan. Kita pasti bisa.

Ada yang nungguin di depan pintu Labkom. Saya tidak bisa tidak meleleh. Sekian
Read More

Thursday, August 13, 2015

Isi FRS



Malam-pagi ini super heboh. Penyebabnya adalah pengisian form rencana studi (FRS) melalui ol.akademik.itb.ac.id yang dimulai hari ini menyebabkan banyak orang nongkrong di HME malam-malam. Semakin banyak orang, makin heboh. Padahal isi FRS sudah pasti heboh. Jadilah heboh berjamaah.

Pratama dan Daryl, partner tugas akhir (TA) saya, sudah punya rencana matang soal lokasi berwifi yang dipilih untuk isi FRS, mata kuliah yang diinginkan, mana yang diprioritaskan, alternatif jika kelas sudah penuh, dan lain-lain. Saya tinggal ngikut saja. Maka malam tadi kami sudah pasang posisi siap di HME sejak pukul 22.30.

Kemudian perang terjadi sejak pukul 00.00. Semua orang serius dengan layar laptop masing-masing. Namun, di kala yang lain sudah dapet mata kuliah elektro favorit, saya belum bisa masuk ke web. Saya sih santai, cuma Pratama mulai panik saya belum dapet. Kepanikan Pratama menular ke Daryl. Astari yang sudah beres ambil mata kuliah mulai coba login pake akun saya di laptopnya untuk bantu ambilin saya mata kuliah, kemudian Dwiky, hp Astari, laptop Andaswara, laptop Daryl, dan laptop Pratama juga ikutan berjuang.

"Suy semangat Suy," kata Daryl sambil panik. Pratama bolak balik refresh browser. Semua orang yang saya sebut tadi juga begitu. Entah kenapa dari kami berenam cuma saya yang kena "Short maintance. We will be back soon". Kemudian Pratama berhasil masuk ke web. Panik dan senang, tangannya gemetaran milihin mata kuliah buat saya.

"Suy gimana nih"
"Suy mau apa nih"
"ini aja ini aja"
"ahh untung dapet"
"beruntung banget tadi kurang dari 5 orang, sekarang udah penuh pas Suy udah simpan"
"alhamdulillah dapet Suy selamat selamat"

Iya itu di atas yang heboh bukan saya, melainkan Pratama dan Daryl. Thanks to them saya dapat 3 mata kuliah top priorities. Emang cinta banget deh sama mereka semua, terharu saya sungguh. Nih aku tebar-tebar cinta buat kalian Pratama Daryl Astari Andaswara Dwiky. Sama bonus lagu karena saya lagi malas belajar.

Maaf temponya agak ga benar, ga bisa pas sama piano-nya mas John Legend hahaha. Nadanya juga suka gantung di ujung atau goyang di tengah. Ampun.

Read More

Saturday, August 8, 2015

Dokumentasi

source: https://en.wikibooks.org/wiki/General_Engineering_Introduction/Documentation
Belakangan ini, pekerjaan saya sering melibatkan dokumentasi. Kira-kira dua tahun terakhir ini. Dokumentasi aliran uang dalam bentuk laporan keuangan, dokumentasi rapat dalam bentuk notula, dokumentasi proyek akhir mata kuliah Sistem Mikroprosesor dan mata kuliah Sistem Instrumentasi, serta dokumentasi proyek kerja praktik di PT LEN Industri. Berkat bekal-bekal pengalaman selama dua tahun ini, saya mengerti benar pentingnya dokumentasi.

Saya kira sudah naluri seseorang yang sedang belajar untuk mencatat hal-hal penting selama proses belajar. Ternyata tidak. Adik-adik lucu yang sekarang jadi panitia kaderisasi himpunan saya saat ini adalah salah satu contoh yang membuka mata saya. Saya pertama sadar ada yang kurang saat evaluasi sebulan lalu. Yang mencatat cuma sekretaris, sedang para ketua divisi bahkan atasannya tidak mengeluarkan buku catatan. Ada sih yang mencatat, tapi sedikit dibanding yang ga nyatet.

Kemarin 2 Agustus terjadi lagi. Kali ini karena sekretaris tidak hadir, tidak ada yang membuat notula rapat. Ada seorang yang inisiatif untuk buat sih di awal, tapi kemudian menyerah. Baru deh pas diminta menyimpulkan hasil rapat, mereka cari siapa yang mencatat. Akhirnya catatan saya yang digunakan, sadar kalau tidak ada yang punya catatan. Terus saya meledak karena kesal dan tak habis pikir. Haha maaf ya.

5 Agustus terjadi lagi. Kali ini sekretaris ada karena para bos udah kami wanti-wanti agar rapat ini ada notulanya. Sayangnya tetap saja kesadaran orang-orang yang berkepentingan (para ketua divisi) untuk mencatat kurang. Saya gemes melihatnya. Ketika beberapa kesimpulan dibuat, sekretarisnya udahan mencatat kemudian dioper ke orang lain yang tidak 'menyambut' umpan tersebut. Terus siapa yang nulis kesimpulan? Gemes.

Kemudian saya bilang ke Sandro dan Aris kurang lebih "Kita yang audiens aja mencatat, mereka yang punya acara malah engga. Harus gimana lagi udah bicara jelas-jelas minta ada yang catat tapi masih gini-gini aja".

Sandro ketawa, Aris juga. Terus Aris bilang "Tunggu beda angkatan agak jauh dulu baru mereka mau dengar kita ngomong apa, kalau cuma beda satu tahun gini susah"

Saya menjawab "Lah kan perubahannya dibutuhkan sekarang, masa nunggu tua dulu". Saya jadi kesel sendiri.

Kemarin 6 Agustus ketemu Abram, saya bahas hal ini lagi. Dia setuju dan dia juga heran. Dulu saat kami yang jadi panitia kaderisasi, pada setiap rapat masing-masing kadiv pegang buku catatan dan menuliskan apa yang dirasa penting untuk divisinya tanpa ada yang nyuruh. Ini kok begini.

Udah sekian. Maaf curhat yang ga jelas, udah bingung harus ngomong sama siapa. Maaf ya adik-adik lucu yang kemarin saya teriakin atau saya omelin.
Read More

Friday, August 7, 2015

Sunday, August 2, 2015

Curug Cipurut dan Situ Buleud

Perjalanan ini diawali oleh chat Whatsapp di grup EdSu. Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah loncat ke kamar mandi, ambil sarapan, duduk manis di mobil.


Sesuai gambar di atas, kami menuju Kabupaten Purwakarta, tepatnya Curug Cipurut. Dengan mengandalkan Google Maps, melajulah Ayla dengan yakin, Hasna yang nyetir. Sebenarnya kami sudah pernah ke Situ Wanayasa jadi mengandalkan Google Maps-nya ga banyak-banyak amat haha.

Masuk Gerbang Tol Padalarang dan keluar di Gerbang Tol Jatiluhur, tibalah kami di Kabupaten Purwakarta, ditandai dengan banyaknya tulisan "Sate Maranggi" di pinggir jalan. Curug Cipurut berada di Desa Sumurugul, Kecamatan Wanayasa. Kami 'bertemu' Situ Buleud di perjalanan menuju Wanayasa. Muncul penasaran karena ada pagar tapi ga tau pintu masuknya di mana. Jadi pagar kami kelilingi, kemudian ketika ditemukan pintu masuknya, akhirnya kami parkir dan memuaskan rasa penasaran kemana gerbang itu menuju.

Trek Lari Situ Buleud
Pagar memutar itu ada trek larinya di bagian luar. Menarik. Pintu masuk ternyata ga masuk kemana-mana karena cuma trek lari memutar aja. Itu fotonya di atas diambil oleh Marha dengan Hasna dan saya sebagai hiasan di foto.
Air Mancur Taman Sri Baduga yang ada di Situ Buleud sedang tutup, mungkin karena masih libur hari raya. Mungkin lain kali harus coba kesana lagi. Katanya air mancur ini terbesar se-Indonesia. Berikut gambar yang saya temukan. Keren juga.
source: http://www.tourismvaganza.com/wp-content/uploads/2015/02/airmancur.jpg
Perjalanan kami kemudian berlanjut ke tujuan sebenarnya. Setelah masuk Wanayasa tinggal cari gapura masuk ke Desa Sumurugul dengan bantuan Maps yang sempat nyuruh belok kanan terlalu cepat jadi salah gapura sampai dua kali. Jalan yang masih bisa dilewati mobil ini lumayan sempit, susah kalau ada dua mobil papasan. Jalannya sebagian beraspal, sebagian berbatu, totalnya sekitar 2 km sampai ke lahan parkir mobil. Dari lahan parkir ke curug tambah lagi sekitar 1.5 km. Kalau jalan ini cuma motor yang bisa lewat. Kami ditawari ojeg, tapi lebih memilih untuk jalan sekalian olahraga. Jalannya cukup menanjak seperti umumnya jalan menuju ke curug, tapi tidak terlalu melelahkan karena bukan tangga melainkan jalan aspal (meski agak rusak sehingga banyak batunya). Di perjalanan ini kami banyak ketemu penjual pop ice dan pop mie (tempat wisata biasanya memang gitu sih).

Kemudian sampailah di akhir perjalanan yang bisa ditempuh motor. Selanjutnya perjalanan mesti ditempuh dengan berjalan kaki. Ada aja sih abang-abang bawa galon air yang pake motor, tapi jarang sekali motor lewat. Dari parkiran motor hingga gerbang Curug Cipurut jalannya agak berdebu-pasir, bukan lagi batu, jaraknya ga begitu jauh, kayanya kurang dari 1 km. Daerah sekitar sini sudah mulai terlihat ijo-ijo dan lembah bersawah yang asyik sedap dipandang. Ini fotonya di bawah lagi-lagi diambil oleh Marha dengan Hasna dan saya sebagai hiasan di foto. Oya di perjalanan ini kami ketemu abang penjual stroberi yang dandanannya kaya koboi.
Menuju Curug Cipurut
Sampai di tempat pembelian tiket, satu orang kena Rp 5.000,00. Mulai terlihat anak-anak kecil main seluncuran di bagian 'terusan' curug yang agak lebih landai dengan air yang ga terlalu banyak. Agak seram sih saya takut mereka terbentur, ga pake helm atau pengaman lain soalnya. Terlihat pula tenda-tenda dan penghuninya yang sedang ngaso sambil ketawa-ketawa. Sepertinya lokasi ini memang biasa digunakan untuk berkemah.

Semakin dekat ke curug, semakin banyak sampah yang terlihat. Sayang sekali di sini tempat sampahnya jarang dan ukurannya kurang memadai. Apalagi di dekat curug banyak sisa api unggun yang masih berasap, asap bakar jagungnya tukang jagung, dan asap rokok. Jadi makin tidak nyaman. Sayang sekali Curug Cipurut keindahannya ternodai hal-hal begini. Akhirnya kami hanya menghabiskan beberapa menit di tkp dan langsung turun kembali ke parkiran. 
Kemudian kami pulang menuju rumah.

Sekian. Sampai jumpa di jalan-jalan selanjutnya.
Read More