Friday, April 3, 2015

Furious 7

Intro


1 April kemarin saya nonton Furious 7 di blitzmegaplex gara-gara dapet poin 156.500 rupiah dari blitzcard. Karena poinnya berlaku sampai 31 Maret dan semesta sedang mendukung, dibelilah 4 tiket pake poin dan 1 tiket pake balance. Saya nontonnya berlima bareng ayah, ibu, dan kedua adik.

The Review

Saya tertarik sama film ini karena 4 hal:
1. Jason Statham dan after credit Furious 6 yang luar biasa
2. penasaran gimana ngisi kekosongan Paul Walker
3. sutradara ganti
4. one last ride

Cuplikan after credit Furious 6 bisi ada yang lupa:
"Dominic Toretto, you don't know me. You're about to"

Karena after credit Furious 6 yang seperti itu, sudah selayaknya Furious 7 ini menjawab tanda tanya yang muncul di kepala penonton saat itu. Siapa sih si Statham ini? Apa yang mau dia lakukan kepada Toretto? Kenapa dia bunuh Han di Tokyo? Sayangnya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bukan fokus utama dari Furious 7 dan hanya dijawab dengan menit-menit awal film saja. Terus isi filmya ngapain?

Film ini dibuka dengan munculnya Jason Statham, sehingga saya senang haha. Yang saya tidak senang adalah karena Statham alias Deckard Shaw ini terasa seperti karakter tempelan. Saya kira film ini akan bercerita tentang Shaw vs. Toretto's team, bahkan disalah satu poster tagline-nya "Vengeance Hits Home". Namun ternyata, yang disuguhkan pada film ini adalah government featuring Toretto vs. Jakande. Shawnya jarang muncul, jarang ngomong pula. Ga ngerti pula kenapa Toretto nge-iyain untuk bantu government cari God's Eye demi cari Shaw. Orang yang mau revenge Shaw, pastilah Shaw yang samperin dirinya tanpa diminta, kenapa mesti dapetin God's Eye biar ketemu. Padahal pas mau dapetin God's Eye juga ketemu, kok ga sekalian revenge aja. Harus rebutan God's Eye dulu baru berantem beneran gitu? Heran.

Berdasarkan hasil wawancara di sini, sang sutradara ini ingin menyeimbangkan sisi action dengan humor dan drama. Sayang sekali menurut saya ini kurang terasa. Humornya kerasa sih. Karena yang penting dari humor itu timing dan diksi, ya dan mainan ekspresi muka juga. Jagolah Tej dan Roman soal itu.
Tapi drama nggak sekedar itu, butuh bantuan flashback dan alasan yang menggunung biar audience nih terbawa sama suasana dramatisnya, bukan hanya skrip yang sweet. Makanya saya ga bisa mengerti kenapa revenge Shaw terjadi, emang sesayang apa sama adiknya? Hubungan yang rasanya perlu digali itu antara Owen Shaw (antagonis Furious 6) dengan kakaknya Deckard Shaw (antagonis Furious 7). Juga Dom dan Letty selaku tokoh utama. Meski Letty sedang hilang ingatan, kurang kerasa chemistry-nya mereka berdua. Harusnya adegan di letty's funeral lebih menyentuh gitu. Kilas-kilas flashback tiap ada yang bikin ingatannya kembali bisa dibuat agak jelas. Mungkin seru kalau dibuat kaya Unknown. Jangan langsung tetiba ingat semuanya haha.

Aksi pukul-pukulannya menurut saya terasa lebih diperhatikan dibanding prequelnya. Entah gerakannya yang koreografinya lebih bagus atau kameranya yang lebih jago menangkap momen di angle yang pas. Intinya hasil gambarnya lebih indah pas pukul-pukulan. Kalau untuk adegan car chasing dan segala action di atas mobil sih tidak perlu ditanya lagi lah ya, udah jagonya. Actionnya menghibur sekali. Terjun menggunakan parasut, menembus tiga gedung dengan mobil mahal, ide yang tidak pernah saya kira akan muncul di film ini, dan ternyata bikin scene yang memorable buat saya. Nice pak sutradara.

Momen favorit pas Brian duel sama Kiet. Koreo pukul-pukulannya bagus. Terus ada dialog yang diulang jadi kerasa kalau ada link antar dua scene mereka haha. Favorit banget banget perosotan di tangga sama jalan di atas bus. Lebih keren dari Legolas jalan di atas batu runtuh pas film Hobbit 3. haha

Saya cuma ga ngerti aja kenapa endingnya kurang nice. Gedung parkir yang runtuhnya berlebihan dan drone buat ngejar mobil. Agak gimana gitu. Pak bos Jakande yang emosional sekali juga terasa annoying. Almost all of his dialogs are delivered by shouting. Posesif gitu kayanya si bos teh.

Setelah ke-tidak-nice-an ending tadi, datanglah ending yang nice. Toretto parting with Brian. Rasanya tulus dari hati mereka parting bukan hanya di film, namun juga sebagai Vin dan Paul. Kejutan buat saya pas kamera shoot mereka dari atas, berpisah jalan. Bagus banget pula skripnya Toretto di situ. Terharu saya. Nice pak scriptwriter.

Kesimpulan

Action mantap. Humor oke. Drama so-so. Plot NO.
Cocok buat nonton seru-seruan sama teman (dan ngeliatin Statham di big screen), tapi ga cocok buat kajian haha.

0 comments:

Post a Comment