Tuesday, April 7, 2015

Hidup 2: Prinsip

pa·ra·dig·ma n 1 Ling daftar semua bentukan dr sebuah kata yg memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tsb; 2 model dl teori ilmu pengetahuan; 3 kerangka berpikir

di·a·lek·ti·ka /dialéktika/ n 1 hal berbahasa dan bernalar dng dialog sbg cara untuk menyelidiki suatu masalah; 2 ajaran Hegel yg menyatakan bahwa segala sesuatu yg terdapat di alam semesta itu terjadi dr hasil pertentangan antara dua hal dan yg menimbulkan hal lain lagi


Saya tertarik pada kedua kata di atas berkat obrolan bersama Zuhditazmi dan Aris saat perjalanan pulang dari Dapur Laut menuju himpunan.

Kata paradigma telah sering saya dengar sejak SMA, tapi saat itu tidak lumrah untuk digunakan dalam percakapan sehari-hari.
Kata dialektika baru saja saya dengar sebulan lalu dan hari ini adalah kali pertama saya dengar kata ini digunakan dalam percakapan antarteman (maksud saya bukan percakapan di meja rapat).

Karena dekat kaitannya dengan kedua kata tadi, saya jadi ingin bicara soal prinsip dan usaha penyelesaian masalah.

prin·sip n asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb); dasar; 

asas n 1 dasar (sesuatu yg menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat); pada -- nya, saya setuju dng pendapat Saudara; 2 dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi): sebelum memasuki suatu organisasi, kita harus tahu -- dan tujuannya3 hukum dasar: tindakannya itu melanggar -- kemanusiaan

Prinsip yang dijadikan pegangan oleh seseorang akan mempengaruhi cara orang tersebut berpikir dan bertindak. Karena itulah dari perbedaan prinsip ini akan timbul perbedaan cara berpikir dan bertindak. Karena perbedaan cara berpikir dan bertindak, solusi yang ditawarkan untuk sebuah masalah yang sama akan berbeda untuk masing-masing orang.
(Anw ini keyakinan saya, bukan merupakan hasil studi pustaka haha)

Prinsip yang menurut saya sering saya aplikasikan adalah proses berharga jika outputnya berharga. Karena itu saya tidak pernah berpikir untuk kenikmatan berpikir itu (haha apa tuh). Maksud saya, proses berpikir yang membutuhkan energi dan waktu itu semestinya ditujukan untuk memperoleh solusi sebuah permasalahan. Buat apa berpikir kalau keluarannya tidak ada guna, kasarnya begitu.

Obrolan kami bertema "paradigma wanita berjilbab yang pacaran lebih berdosa dibanding wanita tidak berjilbab pacaran".
Nah, saya sepanjang perjalanan tadi itu berada dalam keadaan bertanya-tanya. Keluaran dari obrolan+diskusi+debat ini akan seperti apa? Buat apa pusing-pusing pikirkan ini? Kenapa berdebat untuk hal yang tidak berefek apa-apa pada diri kami bertiga? Buat apa membanding-bandingkan cara pandang tapi tidak berusaha mencapai kesimpulan? Saya ngerti sih dua orang ini hobi berpikir, tapi saya tidak. Jadinya cuma beropini seadanya saja, sisanya menyimak hahahah

Kalau kata Alina sih "toh obrolan itu tidak akan mengubah apapun"

Pertanyaan saya tadi juga muncul ketika ada audiensi atau hearing. Ketika konten pertanyaan penanya tidak bersifat membangun, tidak pula mencari solusi sebuah masalah, saya bingung kenapa mesti dibahas.

Berkaitan dengan prinsip tadi, saya suka menentukan milestone untuk setiap pekerjaan yang saya lakukan. Biar terasa prosesnya berharga, harus ditentukan outputnya apa dalam waktu berapa lama. Gitu sih. Dah

0 comments:

Post a Comment